Pati, Mitrapost.com – Tumpukan limbah kayu dari sisa produksi perusahaan elektronik nampak tertata dan tersusun rapi di teras halaman rumah. Nampak juga hiruk pikuk para pekerja yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Ada yang sedang memotong pola, ada juga yang sedang menyemprotkan cat dasar ke miniatur truk yang baru setengah jadi. Begitulah tempat usaha milik Jumadi (45), yang berada di Desa Srikaton, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.
Baca juga: Dispertan Pati: Kedelai Lokal Lebih Aman Dikonsumsi
Di tempat usaha ini, setiap harinya ratusan mainan miniatur truk dan meja belajar mini dibuat oleh tangan-tangan terampil para pekerja.
Uniknya, miniatur truk dan meja belajar itu dibuat dari bahan limbah kayu sisa produksi bok sound sistem dari perusahaan elektronik kenamaan yang ada di Kudus.
Jumadi selaku pemilik usaha ini mengatakan, saat ini miniatur truk dan meja belajar buatanya sudah banyak diminati. Permintaan pun semakin meningkat. Bahkan produksinya banyak dipesan sampai luar kabupaten.
Baca juga: Video : Insentif Relawan Pengubur Jenazah Covid-19 di Pati Belum Dibayar dari Bulan Juli
Menurut Jumadi, sekarang ini permintaan miniatur truk yang sedang meningkat. Bahkan saking banyaknya pesanan, pihaknya sampai kualahan memenuhi permintaan.
“Kalau awal-awal new normal kemarin yang booming adalah meja belajar mini, tapi sekarang permintaanya menurun, mungkin sudah banyak yang punya. Sekarang ini ganti mainan truk oleng yang lagi musim,” kata Jumadi.
Baca juga: Tasiman Pernah Jadi Atasannya, Bupati Pati: Beliau Orang Baik
Setiap harinya Jumadi mengaku bisa memproduksi 100-150 unit untuk pembuatan miniatur truk. Sementara untuk meja belajar mini setiap harinya bisa memproduksi hingga 200 unit.
“Karena yang sedang musim mainan truk oleng, jadi saat ini kita fokus ke buat mainan dulu. Untuk meja belajar karena sedang lesu, produksinya kita kurangi sesuai permintaan saja,” ungkapnya.
Baca juga: Kasus Pembunuhan Sadis di Sleman Baru Terungkap Setelah 7 Tahun
Jumadi mengaku sempat jatuh bangun dalam merintis usaha ini. Bahkan awal-awal membangun usaha ini dirinya harus rela menelan “pil pahit”. Karena uang modal usahanya dibawa kabur oleh partner kerjanya. Namun dengan kepercayaan dan kerja kerasnya, Jumadi bisa meneruskan dan membangun usaha ini sampai sekarang.
“Awalnya itu saya hanya tanam modal ke teman yang menjalankan usaha ini. Tapi di tengah perjalanan uang modal semua dibawa kabur,” keluh Jumadi
Dengan bahan baku seadanya yang tersisa, Jumadi akhirnya memutuskan untuk meneruskan usaha itu sendiri.