Memaknai Tradisi Perayaan Hari Raya Imlek

Mitrapost.com – Tahun Baru Imlek kali ini tak hanya dirayakan di China, keturunan Tionghoa yang tersebar di berbagai belahan dunia pun ikut merayakan kemeriahannya, termasuk Indonesia. Salah satu tradisi dan seni yang paling ditunggu dalam setiap pergantian Tahun Baru Imlek adalah pementasan barongsai dan liong. Bergerak sesuai irama tabuhan, barongsai dan liong Meliuk.

Ada serangkaian ritual yang dilakukan dalam menyambut tahun baru. Salah satunya adalah mereka harus membersihkan rumah mereka sebelum Imlek. Menurut kepercayaan Tionghoa, membersihkan rumah dapat mengeluarkan hal buruk selama setahun sebelumnya. Mereka biasanya menyapu halaman rumah dan menata kondisi rumah menjelang Imlek. Namun, membersihkan rumah justru pantang dilakukan saat Imlek.

Sejarawan Revando Lie sebagai pemerhati Tionghoa mengungkapkan bahwa bersih-bersih ketika Imlek mampu memberikan segala keberuntungan seseorang, ketika dilakukan sebelum tahun baru.

Baca Juga :   Pameran Tosan Aji Rembang Mulai Digelar Hari Ini dan Gratis

Baca juga: Jelang Libur Panjang, Ini Tips Aman Liburan di Tengah Pandemi

Dalam tradisi Imlek sangat dihindari kebiasaan yang dianggap tabu yakni menangis, mengucapkan kata kotor, berkata kasar, berpakaian hitam, makan bubur, meminjam uang dan lain sebagainya. Kebiasaan menangis didefinisikan sebagai lambang kesedihan, serta harus dihindari.

Mengucapkan kata-kata kotor dipercaya akan mendatangkan ucapan itu menjadi kenyataan. Sedangkan makan bubur didefinisikan menghalangi rezeki dan mendekatkan diri pada kemisikinan. Oleh karena itu, di meja makan biasa tersedia nasi padat agar rezeki lancar.

  1. Angpau

Angpau Angpau berasal dari bahasa Hokkien, sedangkan dalam Bahasa Mandarin disebut Hongbao yang maknanya amplop merah. Selain menjadi tradisi di China, pemberian angpau juga diadopsi oleh masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara dan beberapa negara yang memiliki populasi keturunan Tionghoa yang besar. Cikal bakal dari tradisi angpau ini dipercaya ketika masa Dinasti Qin berkuasa pada 221 sampai 226 SM. Tradisi pemberian angpau, biasanya diberikan oleh orang yang sudah menikah terhadap yang belum menikah.

Baca Juga :   Mengenal Budaya Jawa, Tradisi Mitoni Bagi Ibu Hamil

Sementara beberapa daerah di Cina Utara dan Selatan, angpau sendiri diberikan kepada orang tua kepada mereka yang berumur di bawah 25 tahun. Hal yang menjadi unik adalah mengenai jumlah isi angpau yang diberikan. Jumlahnya tak ditentukan, tapi biasanya angkanya genap.

Baca juga: Tahun Baru 2021 Tinggal Menghitung Hari, Berikut Tips Menyusun Resolusi

  1. Warna Merah

Warna merah Pemberian angpau juga dilakukan dengan memasukannya ke dalam amplop berwarna merah. Semua hal yang berkaitan dengan Imlek juga identik dengan warna merah. Mulai dari busana, amplop, hingga ornamen atau hiasan-hiasan saat perayaan Tahun Baru Imlek. Beberapa obyek wisata pun dihiasi dengan lampion merah hingga lilin-lilin hingga ornamen atau bangunan bewarna merah. Menurut Revando, kepercayaan Tionghoa menganggap bahwa merah membawa keberuntungan. Warna merah juga merupakan unsur “yang”.

Baca Juga :   Kasus Omicron Meningkat, Masyarakat Diimbau Rayakan Imlek Secara Terbatas

Warna merah yang juga dimaknai warna panas, warna matahari. Unsur api diharapkan dapat memberikan suasana kebahagiaan. Serba-serbi warna merah ini menggambarkan pengharapan di tahun baru tersebut segala kesedihan dan kegelapan akan sirna digantikan dengan kebahagian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan bit.ly/googlenewsmitrapost dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati