Pementasan ini juga diperankan oleh Fais, Ali dan Hanif sebagai warga-warga atau lelaki lain yang juga kasmaran dengan Rara Mendut.
Selepas pementasan ini, sang sutradara, Beni Dewa ingin memunculkan sudut pandang lain tentang kisah Rara Mendut yang beredar dari masyarakat.
Menurutnya, di samping kisah asmara, dalam kisah Rara Mendut ada sebuah perjuangan dari penjajahan. “Kami melihat sosok Mendut lebih dari (asmara) itu. Bagimana perjuangan untuk tidak mau menyerah dengan penjajahan sangat kuat,” ujar Beni.
Beni mengaku meramu pementasan ini dengan curi khas kesenian tradisional asal Pati, Ketoprak. “Ada silatnya, ada taman sarinya. Itu yang ingin kita masukkan dalam pementasan ini. Jadi kita padukan kesenian Ketoprak dengan kesenian moderen ala anak-anak muda,” tandasnya. (*)
Baca juga:
- Rumah Bambu Pak Yayak Jadi Wadah Lestarikan Budaya Jawa di Temanggung
- Lestarikan Budaya, UMKM ini Usung Batik sebagai Bahan Produksi
- 2 Oktober, Batik Ditetapkan Warisan Budaya oleh UNESCO
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati
Komentar