Masing-masing jajanan diolah pada pukul 10.00 WIB, selepas ia mengantarkan jajanan ke bakul. Semua dilakukan secara tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Setelah semua jajanan matang pada sore harinya, dilanjutkan proses pengemasan malam itu juga.
Hadi menyebut, untuk masing-masing jajanan buatannya memiliki masa kadaluwarsa yang berbeda. Mengingat dalam proses pembuatannya ia tidak menggunakan bahan pengawet. Semuanya menggunakan bahan alami.
“Kalau wingko bisa tahan sampai 3 pekan. Sementara wajik 2-4 hari, bubur tuo (jenang/dodol) sepekan. Yang paling tahan lama itu Madu Mongso bisa sampai 2-3 bulan lamanya,” terangnya.
Baca juga: Menjelang Ramadan, Harga Daging Ayam di Rembang Merangkak Naik
Pasarnya sendiri masih didominasi pasar lokal di Kabupaten Pati. Pada tiga tahun lalu, ia mengaku sempat merambah ke Kabupaten Rembang. Lantaran keterbatasan tenaga produksi dan pengiriman, ia pun menghentikannya.
“Paling Pasar Runting, Gowangsan, Karaban, Kayen, Pasar Wegil. Dulu pernah sampai Kabupaten Rembang masuk Pasar Lasem, Sluke, Kragan, Pandangan, dan Sarang. Karena kejauhan tidak kita lanjut, keterbatasan tenaga,” tutur alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini. (*)
Baca juga:
- Dindukcapil Blora Bakal Buka Layanan Keliling Jelang Ramadan
- Sambut Bulan Ramadan, 3 Amalan Malam Nisfu Syaban
- Jelang Ramadan, Harga Sembako Mulai Naik
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur: Atik Zuliati
Komentar