Mitrapost.com – Pada perdagangan hari Jumat (13/5/2022), harga emas berjangka melemah di saat dolar Amerika Serikat dan obligasi treasury AS mengalami penguatan. Hal ini mempengaruhi daya tarik logam kuning yang menjadi berkurang.
Dilansir dari Bisnis.com, penutupan kontrak emas yang paling aktif bulan Juni pada Divisi Comex New York Exchange melemah sebanyak 16,4 poin atau 0,9 % ke level US$1.808,20 per troy ounce, dari yang sebelumnya mencapai level terendah di 30 Januari sebanyak US$1.797,45.
Pada minggu ini emas telah anjlok sebanyak 3,9 persen. Selain itu, harga emas di pasar spot telah tutup melemah sebanyak 10,03 poin atau 0,55 % ke level US$1.811,79 per troy ounce.
Keadaan inflasi yang tinggi dan adanya kenaikan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat telah membuat permintaan dolar AS terdorong. Bahkan permintaan dolar AS mencapai level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Sedangkan Jerome Powell selaku Gubernur Federal Reserve menjelaskan bahwa bank sentral tidak memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga acuan ke level lebih dari 50 basis poin untuk saat ini dalam satu pertemuan. Pada hari Kamis (12/5), harga emas jatuh di bawah rata-rata pergerakan 200 hari.
Berdasarkan pendapat Jeffrey Halley selaku analis pasar, konsolidasi dalam minggu depan berada di bawah US$1.830 akan memperkuat sinyal bearish. Hal ini akan memicu penurunan 25 persen lagi menuju angka US$1.350.
Lebih lanjut, Jeffrey Halley menjelaskan bahwa ada cara untuk menghindari adanya skenario bearish tersebut.
“Hanya aksi jual tiba-tiba dolar AS yang kemungkinan akan mengubah prospek teknis bearish emas,” kata Jeffrey Halley dikutip Sabtu (14/5/2022).
Jeffrey Halley adalah analis pasar yang mengawasi riset pasar Asia-Pasifik untuk platform perdagangan daring OANDA. (*)
Komentar