Jepara, Mitrapost.com – Ratusan hewan ternak yang ada di kabupaten Jepara terinfeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Menanggapi hal tersebut, pemerintah kabupaten Jepara memperketat arus perdagangan hewan ternak yang masuk ke wilayah kabupaten Jepara.
Hal tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta saat memimpin rapat koordinasi penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) di kantor setda setempat, Senin (6/6/2022). Menurutnya, langkah tersebut merupakan bentuk antisipasi penularan PMK pada hewan di Jepara.
“Kita berkoordinasi dengan pihak kepolisian, Dinas Perhubungan (Dishub), dan Satpol PP untuk memperketat arus lalu lintas hewan ternak yang masuk maupun yang keluar Jepara,” kata Edy.
Kemudian, pihak Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Jepara diminta untuk terjun langsung ke lapangan, salah satunya untuk menyosialisasikan terkait penyebaran PMK kepada masyarakat, khususnya para peternak.
Disampaikan, saat ini, dari 16 kecamatan di Jepara, 11 kecamatan di antaranya sudah terjangkit PMK. Sedikitnya 362 ekor ternak terduga kena PMK di Jepara.
“Tinggal menyisakan Kecamatan Jepara, Pecangaan, Mayong, Kalinyamatan, dan Karimunjawa. Selain kecamatan itu sudah terpapar PMK,” kata Edy.
Pihaknya juga meminta dinas terkait, untuk segera mengirimkan surat kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, untuk mengirimkan obat-obatan penanganan dan pencegahan PMK.
“Stok obat kita sudah menipis. Kami berharap, ada kiriman obat dari Pemprov Jateng,” katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Distanak Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza mengatakan, terdapat beberapa dugaan masuknya PMK di Jepara. Pertama, ada pedagang yang membeli kerbau dari Jawa Timur. Kasus pertama ditemukan di Desa Sowan Kidul, Kecamatan Kedung. Kedua, pedagang sapi Jepara yang kulakan dari Pasar Jatirogo, Kabupaten Tuban yang dijual di Pasar Hewan Keling.
Selanjutnya, muncul kasus kedua, yaitu di Desa Jlegong, Keling. Kemudian, pedagang kerbau yang membeli dari pasar hewan Mayong, namun berasal dari Jawa Timur dan dibawa ke kandang. Ini menjadi klaster terbesar di Jepara.
“Kami membutuhkan dukungan untuk melakukan penanganan cepat dan terintegrasi,” kata dia. (*)
Redaksi Mitrapost.com