Tata kelola atau tata niaga produk-produk pertanian, ungkap Narso, juga mengalami ketimpangan sehingga tidak menguntungkan petani.
“Sehingga kurang menarik bagi generasi muda untuk masuk di sektor pertanian. Ini yang harus dikelola dengan baik supaya semakin menarik para generasi muda untuk masuk sektor pertanian,” tandas Narso.
Berdasarkan sampel yang dimiliki Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kabupaten Pati, jumlah petani muda masih kalah jauh dengan petani yang berusia tua.
Bahkan sampel petani muda di Pati tidak menyentuh angka 400. Jika dibanding angka keseluruhan sampel data petani di Pati yang mencapai 150 ribu orang, hanya ada 350-an petani muda.
Hal ini pun mengancam masa depan pertanian di Kabupaten Pati. Regenerasi yang tidak berjalan dengan baik membuat para petani tidak memilki penerus.
Lantaran para pemuda Pati kebanyakan memilih kerja di sektor lain. Padahal sektor pertanian ini tahan akan krisis dampak dari pandemi Covid-19. (*)