Mitrapost.com – Boris Johnson telah memutuskan untuk mundur dari jabatan yang diembannya sebagai Perdana Menteri Inggris. Keputusan ini seiring dengan resignnya di posisi pemimpin Partai Konservatif Britania Raya.
Boris Johnson menjelaskan bahwa keputusannya tersebut merupakan keputusan partainya.
“Jelas sekarang keinginan Partai Konservatif parlementer bahwa harus ada pemimpin baru partai dan oleh karena itu, perdana menteri baru,” ucapnya, Kamis (7/7/2022) sore waktu setempat dilansir dari CNBC Indonesia.
Ia mundur setelah muncul skandal yang melibatkan seorang anggota parlemennya, di mana orang tersebut juga merupakan sekutunya di Parti Konservativ Britania Raya, Chris Pincher.
Johnson-lah yang menunjuk Chris Pincher untuk menempati posisi Deputy Chief Whip, yang bertugas untuk mengatur kontribusi partai untuk bisnis parlemen.
Pincher diselidiki oleh badan pengawas parlemen atas tuduhan telah melakukan pelecehan seksual yaitu meraba-raba dua pria yang tengah mabuk pada 29 Juni saat berada dalam acara di The Conservative Friends of Cyprus. Ia pun kini tengah menjadlani skors sejak minggu lalu.
Pincher dilaporkan oleh salah satu anggota parlemen ke sekretaris parlemen yang mengetahui kejadian. Pincher pun akhirnya memilih untuk mundur dari jabatannya dan mengaku sedang mabuk saat kejadian.
Perilaku Pincher sebenarnya telah mendapat komplain di tahun 2019, sebelum akhirnya dipilih tahun 2022. Pincher juga sudah mendapat sejumlah kasus dan tuntutan sejak tahun 2017 menurut laporan The Guardian.
Johnson yang tetap memilih Johnson untuk menduduki jabatan tersebut. Oleh karena itulah publik merasa kecewa dengan sikap Johnson.
Atas kesalahannya tersebut, Johnson pun meminta maaf atas.
“Saya meminta maaf kepada semua orang yang sangat terpengaruh olehnya,” kata Johnson pada Selasa, 5 juli 2022 berdasarkan Reuters dilansir dari CNBC Indonesia.
“Saya hanya ingin memperjelas bahwa tidak ada tempat di pemerintahan ini bagi siapa pun yang merupakan pemangsa atau yang menyalahgunakan posisi kekuasaan mereka,” tulis The Guardian.
Setelah kasus ini, beberapa menteri juga turut mundur dari posisinya seperti Rishi Sunak, Sajid Javid, dan sejumlah menteri lainnya. Bahkan jaksa pun turut mundur yaitu Alex Chalk, yang menyebutkan bahwa Pemerintahan Inggris yang telah rusak. (*)
Redaksi Mitrapost.com