Ia mengaku, tantangan terbesar dalam membangun koperasi ini adalah permodalan. Oleh karenanya, dibutuhkan keterlibatan pemerintah desa sebagai penyokong atau peminjam modal.
Baca Juga: Nelayan Sarang Gelar Audiensi Bersama DPRD Rembang
“Supaya sukses memutus rantai nilai ini kita libatkan stage holder di desa kita ajak diskusi. Supaya barang-barang yang ada di desa ada yang menampung sebelum dipasarkan oleh petani milenial itu. Soalnya yang jadi hambatan adalah anggaran modal untuk menampung hasil panen petani, kan harus ada yang membeli. Tantangannya disitu,” ungkap Sudiyanto kepada mitrapost.com saat ditemui di Kantor Dispertan Pati
“Pemerintah Desa Sukobubuk sudah siap mem backup dari angaran ADD desa. Dari situ dimodali beberapa ratus juta agar asosiasi bisa berjalan,” tambahnya
Keuntungan dari penjualan produk pertanian, uangnya akan dikembalikan ke desa dan sebagian digunakan untuk membayar pengelola.
Meski bergerak mandiri, kelompok petani milenial tak sepenuhnya menghindari peran pedagang di pasar, para pedang digandeng dijadikan mitra untuk memasarkan hasil olahan pertanian dari kelompok tani milenial. (Adv/MA)