Produksi eko-enzim tidak memerlukan bak komposter namun cukup dengan botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi eko-enzim. Hal ini juga menjadi nilai tambah karena mendukung konsep re-use dalam menyelamatkan lingkungan.
“Apabila setiap rumah mengolah dan memilah sampah rumah tangga masing-masing maka sampah yang dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir) tinggal sedikit sehingga dapat meringankan beban TPST Piyungan,” imbuh Heroe.
Dalam kesempatan tersebut Djuniarta, Ketua Komunitas eko-enzim Kota Yogyakarta dengan didampingi Lusia Anggraeni/Ketua Komunitas eko-enzim DIY menuturkan bahwa saat ini telah terbentuk puluhan komunitas yang mengolah sampah rumah tangga menjadi eko-enzim.
“Komunitas kami aktif melakukan edukasi dan pelatihan pada masyarakat bagaimana cara memproduksi eko-enzim dimana hasilnya kami gunakan sebagian untuk kegiatan bakti sosial,” kata Djuniarta.
Selanjutnya disampaikan Djuniarta bahwa kegiatan bakti sosial eko-enzim saat ini merupakan peringatan berdirinya setahun komunitas eko-enzim di Kota Yogyakarta.