Bank Sentral China Gelontorkan Rp 222 T untuk Cegah Krisis Evergrande

Mark Williams sebagai Kepala ekonom Asia Capital Economics, mengatakan krisis Evergrande menjadi ujian terbesar bagi keungan negeri tirai bambu ini.
“Akar masalah Evergrande dan masalah pengembang lain adalah bahwa permintaan properti residensial di China memasuki era penurunan berkelanjutan,” katanya.

Perlu diketahui, utang Evergrande mencapai angka fantastis karena meminjam dana untuk membiayai berbagai kegiatan. Akhirnya perusahaan tersebut mendapatkan reputasi buruk sebab utang yang mencapai US$ 300 miliar.
Saat ini, masalah dalam perusahaan tersebut bukan hanya utang yang menggunung tetapi juga ditakutkan pihaknya gagal bayar utang karena kesulitan menemui pembeli untuk beberapa aset perusahaannya.

Perusahaan ini telah melakukan upaya dengan menjual sebagian saham anak perusahaan, pihaknya menjual hampir 20% sahamnya di Shengjing Bank ke Shenyang Shengjing Finance Investmen Group. Shengjing merupakan salah satu pemberi utang yang terkena dampak gagal bayar Evergrande.