Tak Perlu Pawang yang Mistis, Berikut Ini Cara Cegah Hujan dengan Teknologi

Mitrapost.com – “Langit bisakah kau turunkan hujan?” Pertanyaan semacam ini tidaklah asing di telinga dan di mulut kita. Pasalnya, hujan merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada makhluk-Nya. Berkat hujan tanaman menjadi subur, persediaan air melimpah, serta menghilangkan rasa panas akibat terik matahari.

Namun, hujan bukan hanya memberi manfaat saja, tetapi hujan juga bisa merugikan makhluk hidup di bumi.

Kadangkala hujan di waktu yang tidak tepat bisa menyebabkan kerugian, seperti hujan di saat orang-orang tengah menyelenggarakan acara di tempat terbuka. Lalu, hujan di saat musim panen padi, garam, dan lain sebagainya. Selain itu, hujan yang tak berhenti-berhenti mengakibatkan bencana banjir maupun tanah longsor lantaran air terlalu melimpah.

Oleh kaena itu, kekhawatiran terjadi ketika sedang menyelenggarakan acara tetapi terpaksa bubar lantaran hujan mengguyur. Hal itu menyebabkan jadwal, rencana, dan tujuan acara tertunda bahkan gagal.

Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi, kita tak perlu khawatir hujan datang mengguyur sewaktu-waktu. Selain karena ada pawang hujan yang menawarkan aksi mistis mengendalikan hujan, kini ada teknologi canggih yang mampu menangkal hujan secara ilmu sains.

Banyak peneliti yang telah mencari cara untuk bisa mengendalikan hujan, terutama untuk membantu kawasan yang sering dilanda kekeringan atau saat hutan kebakaran. Dalam sejarah, ada beragam percobaan untuk memanipulasi hujan.

Setiap metode yang diberikan memiliki batas kapasitas efektivitas dan efisiensinya masing-masing. Semua cara juga tidak selalu 100 persen berhasil, tapi dikenal punya probabilitas keberhasilan yang tinggi.

Walau bagaimanapun, cara kerja alam tetap di luar kuasa kita, manusia. Setidaknya kita tahu bahwa di dunia ini telah ditemukan beberapa teknik yang sedikit banyaknya bisa memanipulasi kondisi lingkungan/cuaca.

Berikut cara-cara mengendalikan hujan secara sains tanpa ada campur tangan mistis pawang hujan:

1. Penyemaian awan dengan partikel mikroskopis

Penyemaian awan dilakukan dengan cara menyemprotkan partikel mikroskopis berupa aluminium oksida dan perak iodida yang memengaruhi proses kondensasi yang berperan sebagai inti es buatan. Nantinya, senyawa terebut akan memberikan kemampuan untuk kristal es tumbuh. Kelemahannya, cara ini membutuhkan udara di sekitarnya yang mengandung persentase uap air tertentu.

Metode ini ditemukan oleh Dr. Bernard Vonnegut pada 1971. Ia menggunakan perak iodida karena memiliki struktur kristal serupa es. Adapun, saat ini cara penyemaian awan telah digunakan di seluruh dunia, mencakup Amerika Serikat, China, India, dan Rusia.

2. Ionizers

Uni Emirat punya tanah yang kaya, namun punya curah hujan yang rendah. Karena itu, selama bertahun-tahun, Presiden Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan bekerja keras memanipulasi cuaca dengan angin ionic terbesar di dunia. Caranya dengan membangun ionizers raksasa yang terpasang di atas tiang-tiang baja oleh perusahaan Swiss, Metro Systems Internasional.

Perangkat tersebut menghasilkan medan ionik besar: ion positif kembali ke bumi, sementara ion negatif naik ke atmosfer. Saat naik, ion negatif mengumpulkan partikel debu. Titik-titik ini bertindak sebagai biji untuk pembentukan es seperti perak iodida, namun gak memerlukan awan. Selama masih ada kelembapan sekitar 30 persen, cara tersebut masih bisa dilakukan, sekalipun langit cerah.

3. Aksi udara bersih

Ketika undang-undang udara bersih berlaku di Atlanta pada 1970, memang gak ada yang bisa meramalkan efek langsung pada lingkungan yang luar biasa. Dalam lima tahun pertama, setelah pemberlakuan RUU tersebut, emisi partikel kecil, di bawah 10 mikrometer menurun hingga 40 persen di seluruh negeri. Dalam dua dekade berikutnya, curah hujan rata-rata di Atlanta melonjak hingga 10 persen dan tetap bertahan.

Ternyata, penyebab utamanya adalah polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik Atlanta pada tahun 50-an dan 60-an sehingga awan kurang efisien. Ukuran partikel kecil dari polusi memang sangat bagus untuk membentuk awan, namun mengerikan untuk menghasilkan curah hujan.

4. Pesawat anti hujan

Pada upacara pembukaan Olimpiade 2018, China memiliki 30 pesawat terbang, 4.000 peluncur roket, dan 7.000 senjata anti-pesawat yang siap untuk melenyapkan potensi hujan. Namun hal tersebut menuai pro dan kontra mengenai konsekuensi lingkungan dan patologis yang akan timbul setelah penyemprotan iodida dalam jumlah besar ke atmosfer.

5. Energi laser

Dilansir dari express.co.uk, para ilmuwan telah menemukan cara aneh untuk memberantas kekeringan di seluruh dunia dengan menggunakan sinar laser. Saat ini, ilmuwan punya gagasan untuk menginduksi badai hujan dan petir dengan energi tinggi laser.

Para ahli dari University of Central Florida dan University of Arizona percaya bahwa dengan mengembangkan serangkaian sinar laser, dapat mengaktifkan listrik statis sehingga menginduksi hujan dan badai. Cara kerjanya, saat satu sinar ditembakkan, akan ada sinar-sinar lain yang mengelilingi dan berfungsi sebagai penampungan energi. Fungsinya agar laser dapat dipertahankan dan gak hilang.

6. Meriam hujan es

Pembuat anggur Prancis dan petani lainnya di sana sudah sejak lama menggunakan meriam hujan es, untuk mencoba menyelamatkan buah mereka dari kerusakan akibat badai. Setiap beberapa detik, ledakan meriam di ruang bawah tanah akan melontarkan ledakan keras ke arah langit.

Pemikirannya adalah bahwa gelombang kejut yang dihasilkan akan memecah es sebelum mencapai tanah. Sayangnya baru sedikit bukti bahwa meriam hujan es ini benar-benar berfungsi dan efektif. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati