Mitrapost.com – Dalam sepekan, ribuan orang turun ke jalan menuntut penolakan penundaan Pemilihan Umum (Pemilu), penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan penolakan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Massa yang datang dari berbagai elemen, mulai dari mahasiswa, buruh, dan aliansi masyarakat sipil tersebut berunjuk rasa di berbagai titik kota di Indonesia secara serentak sejak Senin hingga Rabu lalu.
Gelombang demonstrasi besar seperti ini sebenarnya pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu momen demo krusial yang besar terjadi pada tahun 1998.
Saat itu massa demonstran berhasil menurunkan rezim otoriter Soeharto yang menjabata selama 32 tahun lamanya.
Sejumlah aktivis terlibat, ada di antara mereka yang tertangkap bahkan dibunuh oleh represifitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Ada di antara mereka yang selamat dari tindak represif aparat yang kini tetap vocal menyauarakan aspirasi masyarakat. Adapun di antara mereka yang saat ini duduk di kursi pemerintahan maupun parlemen.
Mereka masih ada yang vokal mengkritisi kebijakan. Namun, ada pula yang menghamba pada rezim saat ini dengan duduk enak-enakan.
Berikut beberapa aktivis yang telah menjadi politisi:
1. Adian Napitupulu
Aktivis 1998 yang kini menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ialah Adian Yunus Yusak Napitupulu atau yang biasa disapa Adian Napitupulu.
Adian merupakan aktivis Forkot atau Forum Kota yang dikenal keras mengritik Soeharto di era Orde Baru. Akibatnya, Adian sempat beberapa kali ditangkap aparat negara.
Pada 1998, Adian ikut menduduki Gedung DPR menuntut Soeharto mundur. Kini, Adian menjabat sebagai anggota DPR periode 2019-2024.
Adian menjabat sebagai anggota DPR dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan mewakili dapil Jawa barat V (Bogor). Dia berhasil dengan memperoleh 80.228 suara.
2. Faisol Reza
Selain Adian Napitupulu, Faisol Reza juga merupakan aktivis 1998 yang kini duduk di kursi empuk anggota DPR. Saat menjadi aktivis, Faisol pernah diculik saat berjalan di YLBHI Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Kala itu dia merupakan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD). Faisol memang sudah lama diintai.
Kini, dia menjabat sebagai anggota DPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada Pileg 2019, Faisol menang di Dapil Jawa Timur 2 dengan meraih 82.777 suara.
3. Desmond Junaidi Mahesa
Desmond Junaidi Mahesa merupakan salah satu aktivis 98 yang menjadi korban penculikan. Saat itu, Desmond menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN).
Desmon diculik sejumlah orang tak dikenal di depan GMKI dan dibawa ke sebuah tempat. Di sana dia diinterogasi atas segala aktivitasnya.
Sehari setelah dirinya berada di lokasi tak diketahui itu, Pius Lustrilanang dan Haryanto Taslam datang. Keduanya juga menjadi korban penculikan.
Saat ini, Desmond menjabat sebagai anggota DPR dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dia mencalonkan diri menjadi anggota DPR pada 2014 lalu dari daerah pemilihan (dapil) Banten II (Kota Serang-Kabupaten Serang-Cilegon). Saat itu dia memperoleh 61.275 suara.
Pada Pemilu 2019, Desmond kembali terpilih sebagai anggota DPR dari wilayah Banten II dengan perolehan suara 103.837, untuk periode 2019-2024.
4. Rieke Diah Pitaloka
Rieke Diah Pitaloka juga merupakan aktivis 98. Saat masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Rieke aktif ikut demonstrasi pada 1998.
Usai lulus dari UI pada 1998, Rieke terjun ke dunia politik. Dia aktivis angkatan 1998 pertama yang masuk partai politik. Kala itu, dia masuk PKB,
Selain PKB, Rieke menjajal karier politiknya di PDIP. Di sinilah kariernya bersinar. Dirinya berhasil melenggang ke DPR. Dia duduk di kursi DPR hingga tiga periode. Pada Pileg 2019 dia meraih 169.729 suara dari Dapil Jawa Barat VII.
5. Fadli Zon
Ia menjadi anggota legislatif petahana dari Partai Gerindra sejak 2014-2019 dan 2019-2024. Aktivis 98 ini maju sebagai anggota DPR periode 2014-2019 lewat dapil Jawa Barat V dengan perolehan dukungan dari 79.074 pemilih.
Sedangkan pada 2019-2024, Fadli Zon maju sebagai anggota DPR dan mendapat dukungan dari 230.524 pemilih. Fadli maju sebagai caleg DPR dari dapil Jawa Barat V, melingkupi wilayah Kabupaten Bogor.
6. Fahri Hamzah
Mantan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah yang saat ini menjadi Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelora itu ikut demonstrasi pada 1998.
Saat Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998, Fahri merupakan Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
7. Budiman Sudjatmiko
Sosok yang satu ini menjadi sosok yang fenomenal. Dia adalah Budiman Sudjatmiko.
Pria yang saat ini merupakan politisi PDIP itu dulunya adalah pendiri sekaligus Ketua PRD.
Pada 27 Juli 1996, Budiman dan sejumlah aktivis PRD lainnya ditangkap setelah dituduh menjadi dalang kerusuhan pada 27 Juli 1996 yang bermula dari penyerbuan kantor PDI.
Kerusuhan itu merupakan reaksi balik dari masyarakat atas penyerbuan kantor PDI yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri oleh pendukung Suryadi yang ditengarai dibekingi Orde Baru
Tudingan itu mengarah ke PRD karena ia dan kawan-kawannya kerap menjadi bagian dalam mimbar bebas yang digelar di kantor PDI sebelum meletusnya kerusuhan.
Budiman akhirnya dipenjara 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.
Budiman sempat menjabat sebagai anggota DPR RI Daerah Pemilihan (dapil) Jawa Tengah VIII: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap) dan duduk di komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria; dan juga merupakan Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa.
8. Amien Rais
Amien Rais menjadi salah satu tokoh yang tak bisa dipisahkan dari peristiwa reformasi 1998.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu merupakan penentang utama rezim Orde baru di bawah kuasa Presiden Soeharto yang lengser pada 21 Mei 23 tahun silam.
Menjelang lengsernya Soeharto dari kursi presiden, Amien muncul sebagai tokoh masyarakat yang kerap mengkritik Pak Harto.
Pernyataan-pernyataan kritis Amien terhadap pemerintahan Orde Baru kerap dimuat di media massa.
Amien juga dikenal sebagai tokoh yang lantang menyuarakan agar calon presiden tidak harus selalu tunggal sebagaimana sebelumnya, yang selalu memunculkan nama Soeharto seorang.
Nama Amien pun sempat muncul sebagai salah satu calon pemimpin alternatif selain Soeharto di akhir era Orde Baru. Keaktifan Amien dalam mengkritik rezim Orde Baru membuat kepopulerannya bersanding dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang saat itu merupakan Ketua Umum PBNU dan di kemudian hari menjabat sebagai presiden RI keempat.
Saat ini Amien Rais menahkodai partai barunya setelah ia keluar dari Partai Amanat Nasional (PAN). Kini ia aktif berkecimpung di Partai Ummat. (*)
Redaksi Mitrapost.com