Di Hadapan Para Santri, Bupati Kudus Hartopo Ingatkan Bahaya PKI

Kudus, Mitrapost.com – Bupati Kudus Hartopo menyampaikan jika bangsa Indonesia mempunyai sejarah panjang ketika berbicara paham radikalisme. Menurut Hartopo, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah mengalami beberapa pemberontakan yang mengancam ideologi Pancasila.

Di hadapan para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Krandon, Kecamatan Kudus Kota, dirinya menjelaskan, radikalisme sayap kiri yakni G30S/PKI pernah mengguncang Indonesia. Gerakan itu menurutnya berupaya mendirikan negara komunis.

Selain itu, ia juga menyebut pemberontakan DI/TII yang merupakan radikalisme sayap kanan juga pernah menguji persatuan dan kesatuan bangsa.

“Kita pernah mengalami pemberontakan radikalisme sayap kanan dan sayap kiri. Sekarang tinggal bagaimana kita semua memahami penyebabnya agar tak terjadi lagi,” ucapnya saat membuka Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme di Ponpes Darul Qur’an Krandon, Selasa (12/7/2022).

Ia mengajak para santri untuk dapat memanfaatkan era digital demi menjaga keutuhan bangsa dengan menangkal radikalisme.

“Kali ini, tantangan kita adalah kemudahan akses informasi. Peran santri di sini penting mengajak masyarakat menjauhi paham radikal,” tegasnya.

Senada dengan Bupati, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kudus, Mukhasiron meminta santri tidak mudah terpengaruh sehingga tidak ada pemberontakan serupa. Biasanya, para pengajak paham radikal melontarkan pertanyaan menjebak. Seperti diminta memilih lebih baik mana antara UUD 1945 dengan Al-Qur’an.

“Sebagai santri, harus memahami dengan bijak. Dua objek tersebut tidak bisa dibandingkan. Hanya menggiring menuju radikalisme,” tuturnya.

Penasehat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Kudus, Kisbiyanto pun tertarik membahas pertanyaan menjebak untuk mengajak ikut paham radikal. Dirinya menegaskan baik UUD 1945 dan Al-Qur’an sama baiknya. Keduanya tak bisa dibandingkan. Apalagi kemerdekaan bangsa juga merupakan perjuangan para ulama di Indonesia.

“Perbandingannya tidak apple to apple. Tentu saja UUD 1945 juga baik karena para ulama ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” jelasnya.

Radikalisme juga bisa datang dari perbedaan pendapat dalam memandang permasalahan. Oleh karena itu, Kisbiyanto mengajak santri terus menerapkan Islam yang moderat.

“Ada paham radikal yang mengkafirkan orang yang berbeda pendapat dengannya. Itu kan salah. Jadilah muslim yang moderat dan bijaksana,” ujarnya.

Selain pembicara, beberapa tokoh hadir dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kesbangpol Kudus tersebut. Seperti Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kudus Asyrofi Masyitoh, dan Pengasuh Ponpes Darul Qura’an Krandon KH. Abdul Muiz Al Hafidz. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati