Surakarta, Mitrapost.com – Pemerintah Arab Saudi secara mendadak memberlakukan kenaikan biaya masyair atau biaya layanan angkutan bus di Arafah, Muzdalifah dan Mina dari SAR1.800 menjadi SAR5.656 atau setara Rp21,76 juta per jemaah.
Kebijakan tersebut berdampak terhadap adanya penambahan biaya, meski tak dibebankan kepada para jemaah haji asal Indonesia. Hal ini yang menjadi fokus Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) agar dapat diantisipasi ke depannya jika ada penambahan biaya secara mendadak seperti ini.
“Pembayaran yang diwajibkan kepada jemaah itu hampir Rp100 juta, yakni Rp98 juta. Sementara yang dibayarkan oleh jemaah haji hanya Rp42 juta. Jika posisi keuangan haji kita seperti ini dan kebijakan Saudi yang tidak dapat kita duga kedepannya, kita harus dapat mengantisipasinya di masa yang akan datang. Karena tanggungan BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji) akan menjadi dua kali lipat,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang saat memimpin pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VIII DPR RI dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta jajaran di Balai Kota Surakarta, Senin (1/8/2022).
Dalam kesempatan itu, Marwan juga mengatakan ada kemungkinan penambahan kuota jemaah haji internasional dari yang sebelumnya 2 juta menjadi sekitar 5 juta orang. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap jemaah Indonesia, termasuk di Jawa Tengah.
Perlu diketahui, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah penyumbang kuota jemaah haji terbanyak dari Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada penambahan asrama haji di Jawa Tengah.
“Kami ingin ada satu asrama haji lagi di wilayah Pantura, nanti bandaranya melalui Bandara Internasional Ahmad Yani. Sudah ada beberapa usulan lokasi tapi masih perlu tindak lanjut lagi, jadi kami ingin pemerintah provinsi ikut membantu penyiapan lahan,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya berencana membangun asrama haji baru. Asrama tersebut akan dibangun di sekitar Kota Semarang. “Dengan peningkatan jumlah kapasitas calon jemaah haji, rasa-rasanya perlu satu lagi dibuat asrama haji, tapi di wilayah Pantura. Sebenarnya yang paling bagus di sekitar Semarang, Semarang Raya. Apakah nanti di Semarang, di Demak atau Kendal,” pungkas Ganjar. (*)
Redaksi Mitrapost.com