Puteri juga menyinggung persoalan kelebihan produksi (oversupply) semen dalam negeri yang seharusnya bisa membuat harga semen lebih terjangkau. Hal tersebut sesuai hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyebut industri semen di Indonesia surplus 40 juta ton semen.
“Namun, yang terjadi harga semen justru mulai naik. Karenanya, dengan upaya privatisasi ini, seperti apa komitmen PT Semen Indonesia untuk memastikan harga semen bisa semakin terjangkau di masyarakat,” tegas Puteri.
Lebih lanjut, Puteri menekankan pentingnya penerapan strategi bisnis yang tepat agar PT Semen Indonesia tetap unggul di tengah berbagai tantangan industri semen tanah air. Termasuk mampu mengungguli persaingan dengan perusahaan semen swasta dan produk semen impor. Menurut politisi Partai Golkar itu, persoalannya tak hanya terkait oversupply, tapi juga persaingan bisnis yang ketat baik domestik maupun global.
“Belum lagi harga batu bara yang mulai meningkat tentu berdampak pada biaya produksi. Makanya, bagaimana PT Semen Indonesia memastikan agar bisnis semen ini tetap menarik. Kinerja ekspor juga harus ditingkatkan untuk perluas pasar dan atasi persaingan di pasar domestik. Sehingga, publik pun yakin dan tertarik untuk memesan Right Issue pada PT Semen Indonesia,” urai Puteri.