“Batik Ciprat lantas dipilih menjadi sarana pengembangan kreativitas para disabilitas dengan beberapa pertimbangan antara lain pembuatannya mudah dilakukan oleh penyandang disabilitas, hasil motifnya unik dan jarang ditemui di pasaran, serta bahan baku yang mudah didapatkan,” katanya.
Kateno menuturkan bahwa perjalanan inovasi Batik Ciprat karya Barokah dimulai pada bulan Agustus 2018. Pemerintah Desa Pucung dengan fasilitas dana desa, mengadakan pelatihan Batik Ciprat bagi enam orang penyandang disabilitas yang produktif.
Pada waktu itu, pelatihan dibina oleh Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung, dengan diawali membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Sheltered Workshop Peduli (SWP) Karya Barokah.
Kemudian di tahun 2020, jumlah binaan yang merupakan penyandang disabilitas, bertambah menjadi 23 orang.
Selain itu, pada tahun yang sama, karya Batik Ciprat ini juga mendapatkan perhatian dan pelatihan dari Bappeda Provinsi Jawa Tengah yaitu pembuatan batik eco-print.