Pati, Mitrapost.com – Maraknya kegiatan cek sound dengan volume yang keras diarak menggunakan truk berkeliling desa atau biasa disebut horeg mendapatkan perhatian besar dari pihak Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pati.
Melalui Kepala Polresta (Kapolresta) Kabupaten Pati, Kombes Pol Andhika Bayu Adhitama menegaskan kegiatan yang akhir-akhir ini sering dijadikan ajang persaingan desa tersebut, justru hanya buang-buang uang saja.
Pihaknya menegaskan bahwa kegiatan semacam itu tidak memiliki tujuan yang jelas dan justru tidak ada manfaat sama sekali bagi masyarakat di Kabupaten Pati.
Bahkan terkadang kegiatan sedekah bumi yang notabenenya syarat akan kegiatan budaya justru juga diwarnai dengan kegiatan cek sound tersebut.
“Kegiatan yang itu tidak ada gunanya dan justru hanya buang-buang duit saja. Contohnya ada kegiatan sedekah bumi yang notabenenya itu kegiatan budaya masyarakat, tapi justru untuk lainnya misalnya cek sound. Kalau gratis Ndak masalah, tapi kan itu bayar, bahkan sampai Rp30 juta, Rp40 juta bahkan ada yang lebih dari itu. Duit segitu hanya dipakai sekitar 3 jam untuk dengar sound dang-deng dang-deng tidak jelas,” tegasnya saat diundang dalam momen Rembug Stunting di Pendopo Kabupaten Pati pada beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya itu, Kombes Pol Andhika juga mengungkapkan bahwa secara ilmu intelijen kegiatan semacam itu, juga berpotensi untuk merusak mental generasi bangsa.
Dimana melalui kegiatan tersebut, selalu identik dengan memperdengarkan lagu-lagu bertemakan Disc Jockey (DJ) dengan volume yang sangat keras. Kemudian diiringi dengan para pemuda yang berjoget di belakang truk hingga bahkan diatas sound.
Selain itu, terkadang juga terdapat beberapa wanita berpakaian seksi yang berjoget diatas sound system tersebut.
“Anak kita yang kecil-kecil dan muda-muda udah joget-joget di musik dj itu, yang secara tidak langsung itu merusak literasi anak kita. Inikan tidak dirasakan secara langsung, tapi yang TK, SD, hingga SMP itu terbawa dan pengen meniru hal semacam itu. Kalau secara ilmu intelijen, itu akan merusak generasi bangsa ini, ini pun juga bagian dari penghancuran bangsa kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pihaknya meminta kepada unsur Pemerintah Desa agar kembali melakukan evaluasi serta mengkaji ulang dalam menggelar kegiatan sedekah bumi.
Ia berharap agar pelaksanaan sedekah bumi dapat kembali menjunjung tinggi budaya dan kesenian yang merupakan asli dari Kabupaten Pati dan juga budaya leluhur masyarakat sekitar.
“Jadi kalau kedepan tolong dikaji ulang para kepala desa, para perangkat dan forkopimcam silahkan untuk menggelar sedekah bumi, tapi yang bagus yang budaya itu bagus, tapi budaya yang orang Indonesia asli, budaya orang Pati asli. Misalnya wayang,” tandas Kapolresta. (Asy)