Pati, Mitrapost.com – Maraknya penambangan yang berdiri di sepanjang Sukolilo-Prawoto diakui oleh masyarakat memiliki dapat kerugian yang luar biasa bagi lingkungan sekitar.
Menurut pengakuan dari Ketua Ahli Waris Kendeng (AWK), Bambang Riyanto mengatakan puluhan tambang yang hampir setiap hari beraktivitas setidaknya juga berpengaruh pada sumber mata air yang digunakan oleh masyarakat sekitar.
Pihaknya mengatakan debit sumber mata air di beberapa titik yang berada di Sukolilo memang mengalami pengurangan debit air. Dimana ia menceritakan bahwa yang awalnya sumber mata air grojok deras, kini tidak lagi seperti awal sebelum adanya tambang di wilayah tersebut.
“Kalau dulu sebelum adanya tambang itu sumber mata air itu mengeluarkan debit air yang banyak, tapi dengan adanya tambang sekarang sedikit berkurang, kalau untuk volumenya berapa kita tidak tahu,” terangnya.
Tak hanya berkurang, bahkan pihaknya juga menemukan adanya sumber mata air yang mati akibat kegiatan penambangan. Dimana diantaranya yakni terjadi salah satu tambang ilegal yang ada di Desa Kedungwinong dan juga Desa Baleadi yang telah beroperasi sejak 2021 lali.
“Dari temuan kita itu sudah ada dua sumber mata air yang tidak lagi berfungsi alias mati karena adanya tambang itu, ada di Baleadi dan juga yang Kedungwinong tadi” jelasnya.
Sebagai informasi, Bambang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh AWK bahwa dari sepanjang Sukolilo Prawoto setidaknya terdapat 190-an sumber mata air yang puluhan diantaranya tidak masuk ke dalam kawasan lindung.
Hal tersebut menjadikan ratusan mata air di wilayah tersebut, juga terancam adanya aktivitas penambangan yang terjadi.
“Nah dulu itu kita juga pernah melakukan penelitian dan kita juga dulu ada alat untuk tag Lokasi itu, jadi saya berada di tambang dan mendatangi satu-satu lalu tag, kurang lebih ada 190 sumber mata air itu,” terangnya.
Sementara itu dari salah satu warga Kedungwinong, berinisial An juga menyebutkan dengan matinya sumber mata air juga berpengaruh pada lahan pertanian yang berada tepat di bawah lereng pegunungan yang dijadikan lokasi tambang.
“Untuk yang tambang ilegal yang sebelah sana itu, disitu dulunya itu ada sumber mata airnya, dulu untuk pengairan sawah, ketika atasnya itu dikeruk maka otomatis kan meluber dan hilang sumber mata airnya,” ungkapnya. (*)