Mitrapost.com – Setiap orang pasti pernah mengalami hal-hal yang menjengkelkan. Hal tersebut mungkin membuat Anda kehilangan kesabaran, hingga murka. Merasa marah merupakan suatu hal yang wajar. Namun, yang perlu diperhatikan adalah cara menyikapi perasaan tersebut. Anda bisa menahannya dan mencoba menenangkan diri untuk sesaat, atau memilih mengikuti perasaan marah tersebut, sehingga memicu perilaku negatif lainnya, seperti berkata kasar, merusak barang hingga berlaku kekerasan pada orang lain.
Kemampuan mengendalikan diri ketika diliputi kemarahan memang sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa. Rasulullah SAW berkata bahwa seseorang yang perkasa merupakan seseorang yang mampu menahan dirinya ketika merasa marah. Ini berdasarkan sebuah hadis riwayat Muslim, Ibnu Mas’ud berkata, “Nabi bertanya, ‘Siapa yang kalian anggap sebagai orang yang perkasa?’ Kami menjawab, ‘Dia yang tidak bisa dikalahkan keperkasaannya oleh siapa pun.’ Nabi menimpali, ‘Bukan demikian, akan tetapi yang perkasa adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah’,” (HR Muslim).
Sementara itu, Jakfar bin Muhammad pernah berkata bahwa marah dapat menimbulkan hal-hal buruk, “Marah adalah kunci dari setiap keburukan.”
Dilansir dari NU Online, terdapat beberapa cara menahan amarah menurut Al-Imam al-Ghazali. Berikut penjelasannya.
Menahan amarah dengan ilmu
Salah satu cara untuk mengendalikan diri saat diliputi perasaan marah adalah dengan mengetahui ilmunya. Al-Imam al-Ghazali menjelaskan poin-poin berikut;
“Pertama berpikir tentang ayat atau hadis Nabi tentang keutamaan menahan amarah, memaafkan, bersikap ramah dan menahan diri, sehingga dirinya terdorong untuk menggapai pahalanya, dan mencegah dirinya untuk membalas, serta dapat memadamkan amarahnya.”
“Kedua, menakut-nakuti diri dengan siksa Allah bila ia tetap meluapkan amarahnya. Apakah ia aman dari murka Allah di hari kiamat? Padahal ia sangat membutuhkan pengampunan.”
“Ketiga, menakut-nakuti dirinya tentang akibat dari permusuhan dan pembalasan, bagaimana sergapan musuh untuk membalasnya, menggagalkan rencana-rencananya serta bahagianya musuh saat ia tertimpa musibah, padahal seseorang tidak bisa lepas dari musibah-musibah. Takut-takutilah diri sendiri dengan dampak (buruk) amarah di dunia, bila ia belum bisa takut dari siksaan di akhirat kelak.”
“Keempat, berpikir bagaimana buruknya muka ketika marah. Bayangkan bagaimana raut muka orang lain saat marah, berpikirlah tentang buruknya marah di dalam dirinya, berpikirlah bahwa saat marah ia seperti anjing yang membahayakan dan binatang buas yang mengancam, berpikirlah untuk menyerupai orang ramah yang dapat menahan amarah layaknya para nabi, wali, ulama dan para bijak bestari. Berilah pilihan untuk dirimu, apakah lebih memilih serupa dengan anjing, binatang buas dan manusia-manusia hina; ataukah memilih untuk menyerupai ulama dan para nabi di dalam kebiasaan mereka? Agar hatinya condong untuk suka meniru perilaku mereka jika ia masih menyisakan satu tangkai dari akal sehat.”
“Kelima, berpikir tentang sebab yang mendorongnya untuk membalas dan mencegahnya dari menahan amarah, semisal ketika dalam hati terdapat bujuk rayu setan; ‘Sesungguhnya orang ini membuatmu lemah dan rendah serta menjadikanmu hina di mata manusia’, maka jawablah dengan tegas di hatimu ‘Aku heran denganmu. Kamu sekarang mencemoohku karena menahan diri, sedangkan kamu tidak mencemooh dari kehinaan di hari kiamat. Kamu tidak khawatir dirimu akan hina di sisi Allah, para malaikat dan para Nabi’.”
“Ketika ia menahan amarah, maka seyogiayanya menahan amarah karena Allah. Yang demikian itu bisa membuatnya agung di sisi Allah.”
Menahan amarah dengan amal
Cara lainnya, yakni menahan amarah dengan melakukan amal-amal kebaikan, seperti berzikir, ta’awudz, kemudian berusaha menenangkan diri. Anda bisa duduk atau tidur dalam posisi rileks. Selain itu, disarankan pula berwudhu dengan air dingin.
Demikian beberapa cara menahan amarah. (*)
Redaksi Mitrapost.com