Pati, Mitrapost.com – Tim POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) Kabupaten Pati menyebut terganggunya pertumbuhan padi di Pati Selatan terjadi akibat kendala nutrisi tanah.
Jianto, selaku anggota Tim POPT untuk Kabupaten Pati mengatakan bahwa padi yang tak berbunga utamanya terjadi di wilayah-wilayah pasca banjir.
Menurutnya tanah yang terendam banjir belum benar-benar siap ditanami padi sehingga pertumbuhan padi tidak optimal.
“Memang tanah bekas banjir (tidak optimal pertumbuhannya) karena belum benar-benar matang untuk ditanami, ” ucap Jianto kepada Mitrapost.com, Sabtu (23/7/23).
Jianto mengatakan perlu adanya mikroba pengurai tanah tambahan yang dimasukkan dalam lahan. Pasalnya lahan yang kebanjiran berminggu-minggu memicu mikroba baik dalam tanah berkurang.
Mikroba tanah sangat tergantung pada tambahan bahan organik tanah seperti pupuk kandang sebagai sumber energi, vitamin, serta zat pengatur tumbuh. Jianto menyarankan agar sebelum ditanami tanah diberi pupuk atau nutrisi tambahan seperti zat pengatur tumbuh (ZPT).
“Itu pertama karena kekurangan asupan pupuk. Jadi kan sudah berkali-kali ditanami padi. Kalau memang tidak berbuah seharusnya petani memberikan semacam ZPT yang mengandung giberelin ditambah KCL cair atau fungisida biasanya mempercepat,” saran Jianto.
Mitrapost mencatat padi yang tak berbunga sebelumnya terjadi di desa-desa Kecamatan Jakenan, khususnya di desa-desa penyintas bencana alam banjir.
Sutrisno, Kelompok Tani Jaya Tondomulyo, Jakenan mengaku baru pertama kali mengalami pagebluk padi tak berbunga. Layaknya gangguan pertumbuhan pada manusia, padi tersebut juga tidak bisa mendapatkan tinggi yang optimal.
“Padi sudah mulai merit atau meteng tapi tidak bisa jebol (mengeluarkan bunga). Tumbuhnya juga pendek, kelihatannya padi kami terkena stunting,” ujar Sutrisno. (*)
Wartawan Area Kabupaten Pati






