Mitrapost.com – Orang-orang zaman dulu melarang anak-anaknya keluar di waktu petang atau menjelang Magrib. Mitos berkata, keluar saat petang dapat menarik makhluk-makhluk gaib untuk keluar dan menculik anak-anak.
Benarkah demikian?
Menurut Islam, ada larangan keluar di waktu Magrib. Berdasarkan Kitab Fiqhus milik Sayyid Sabiq, waktu Magrib tersebut dimulai saat terbenamnya matahari hingga ketika warna kemerah-merahan pada langit hilang.
Selain itu, Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa waktu senja merupakan waktu saat setan tersebar, sehingga disarankan pula untuk menutup pintu dan jendela. Hal ini berdasarkan dari riwayat dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Jika telah tiba gelap malam dan kamu berada di waktu senja, maka tahanlah putri-putrimu di dalam rumah, sebab setan sedang tersebar dan bila telah berjalan satu jam (yakni sesudah isya) terserah padamu untuk melepas mereka, dan tutuplah pintu-pintu sambil menyebut nama Allah, sebab setan tidak bisa membuka pintu yang tertutup,” (HR Bukhari).
Selain tidak diperkenankan keluar saat waktu Magrib, Rasullulah juga melarang melepaskan hewan ternak, karena alasan yang sama. Yakni, setan banyak yang berkeliaran saat matahari terbenam sampai dengan berlalunya awal waktu Isya’.
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, “Jangan lepas hewan ternak kalian dan anak-anak kalian apabila matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya. Karena setan bertebaran jika matahari terbenam hingga berlalunya awal waktu Isya.”
Sementara itu, jika dipandang secara ilmiah, waktu magrib dikaitkan dengan perubahan spectrum warna langit. Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS menjelaskan bahwa waktu menjelang maghrib, spectrum cahaya di alam akan berubah menjadi warna merah. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis yang setiap spectrum warnanya memiliki frekuensi, energi, dan panjang gelombang yang berbeda.
Pada waktu ini, cahaya beresonansi dengan alam, yang kemudian terjadi tumpang-tindih atau interferensi antara dua atau lebih gelombang. Hal ini menyebabkan penglihatan terkadang kurang tajam karena adanya fatamorgana.
Jika tiba saat itu, Rasulullah menganjurkan untuk segera menutup pintu, kemudian memperbanyak berzikir, serta membaca doa Al-Falaq untuk memohon perlindungan dari setan. Selain Al-Falaq, ayat kursi juga bisa dijadikan bacaan zikir pada waktu pagi dan petang untuk menghindar dari godaan setan.
Surat Al-Falaq
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥
qul a’ụżu birabbil-falaq, min syarri mā khalaq, wa min syarri gāsiqin iżā waqab, wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad, wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
Ayat Kursi
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Demikian penjelasan tentang mitos keluar Magrib jika dipandang dari sisi Islam dan Ilmiah. (*)
Redaksi Mitrapost.com