Tradisi Masyarakat Jawa yang Masih Dilakukan Hingga Saat Ini

Mitrapost.com – Masyarakat Jawa masih sangat erat terhadap pelaksanaan tradisi. Tradisi-tradisi tersebut merupakan warisan secara turun-temurun, dan biasanya masih dilakukan hingga sekarang. Orang-orang dari suku Jawa sering kali melakukan serangkaian acara untuk memperingati momen-momen penting. Selain itu, beberapa tradisi berikut juga diadakan dalam rangka melestarikan budaya leluhur.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut tradisi Jawa yang masih dilakukan sampai sekarang.

Wetonan

Menurut masyarakat Jawa, wetonan dilakukan untuk memperingati hari kelahiran. Umumnya, upacara wetonan dilaksanakan pada seorang bayi yang telah menginjak usia 35 hari, karena pada hari tersebut bertepatan dengan hari yang sama dengan weton sang bayi. Keluarga akan mengadakan upacara selapanan dengan tujuan agar bayi terhindar dari bahaya dan mendapatkan keberuntungan.

Nyadran

Masyarakat melaksanakan upacara sadran pada bulan Ruwah atau sebelum bulan puasa saat Ramadan. Upacara Sadran ini dilaksanakan dengan melakukan ziarah kubur ke makam dan disertai dengan menabur bunga. Budaya ini dijadikan sebagai momen untuk menghormati leluhur, serta sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Syawalan

Syawalan memberikan makna sebagai pertemuan untuk melaksanakan silaturahmi. Momen ini digunakan untuk saling maaf-maafan atas kesalahan yang telah lampau. Tujuan tradisi ini untuk membangun hubungan dan situasi yang lebih harmonis lagi di masa depan.

Selain itu, pada saat syawalan, masyarakat jawa juga mengenal tradisi Grebeg Syawal. Tradisi tersebut dilaksanakan dengan membawa dua gunungan yang isinya adalah hasil bumi serta jajanan pasar.

Tingkeban

Tradisi ini digunakan untuk memperingati 7 bulan bayi yang masih di dalam kandungan. Tujuan upacara ini untuk mendoakan ibu hamil dan calon bayi menjelang kelahiran.

Tedak Siten

Keluarga bayi yang mencapai usia tujuh bulan biasanya akan menggelar ritual adat yang bernama tedak sinten. Kata tedak artinya adalah kaki sementara siten (siti) artinya tanah. Pada upacara ini, anak akan dituntun untuk berjalan di tujuh jadah dengan tujuh warna yaitu merah, coklat, kuning, ungu, biru, hijau dan putih. Setiap warnamencerminkan sebuah simbol dari kehidupan. Setelah itu, anak juga dituntun untuk menapaki tangga yang merupakan simbol jenjang kehidupan.

Demikian penjelasan tentang beberapa tradisi masyarakat Jawa yang masih dilakukan hingga saat ini. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati