Mitrapost.com – Polusi udara yang kian memburuk di wilayah Jabodetabek, membuat pemerintah berencana menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa teknologi tersebut akan diterapkan mulai pekan depan.
Ia juga menyinggung mengenai fenomena street canyon atau pergerakan udara yang dipengaruhi oleh keberadaan gedung tinggi di Jakarta.
“Yang saya laporkan juga tadi Jakarta itu kan bentuk geomorfologinya kipas aluvial. Kipas aluvial itu dia merendah, melebar ke laut, sedangkan di pinggir-pinggirnya bergelombang dan bungkil. Kemudian selain itu ada daerah-daerah yang gedung-gedungnya tinggi. Nah, ini dalam pergerakan polusi udara, kita sebutnya street canyon,” jelasnya.
Fenomena street canyon tersebut kemudian menyebabkan udara polusi berputar-putar. Oleh karena itu, jelasnya, teknologi modifikasi cuaca diperlukan.
“Artinya, udara yang polutif itu bergerak begini-begini aja gitu, kagak bisa kemana-mana. Maka kita akan lakukan modifikasi cuaca,” terangnya.
Pihak KLHK pun telah menggelar rapat koordinasi bersama BMKG guna membahas mengenai rencana modifikasi cuaca tersebut. Teknologi itu direncanakan bakal diterapkan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
“Tadi saya sudah diskusikan, kita di KLHK udah rapat-rapat dengan BMKG juga sudah didiskusikan bahwa nanti dilihat. Kemungkinan tanggal 22, 21,22,28 (Agustus), kemudian nanti di bulan September tanggal 2, tanggal 5 dan seterusnya,” ucapnya.
Sementara itu, Badan Standarisasi Nasional (BSN) menjadi pihak yang menentukan standar jenis hingga penempatan alat yang akan diterapkan.
“Tanggal 15 Agustus kemarin, Badan Standardisasi Nasional sudah mengeluarkan standar untuk jenis alat dan penempatan alat,” imbuhnya. (*)
Redaksi Mitrapost.com