Mitrapost.com – Kesurupan sering kali dihubungkan dengan hal-hal gaib, dan dianggap kondisi kemasukan atau kerasukan hantu, jin, iblis dan sejenisnya. Kondisi ini sering kali ditandai dengan mata melotot, berteriak-teriak hingga kejang-kejang.
Dikutip dari Academic Oup, kesurupan berarti kondisi yang ditandai dengan perubahan perilaku manusia. Di zaman dahulu, hal semacam ini banyak disebabkan oleh praktek ilmu dukun untuk mendapatkan pengetahuan soal hal gaib.
Kendati demikian, ternyata fenomena ini bisa dijelaskan dari sisi medis atau ilmiah. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM V) kesurupan masuk ke dalam kategori Other Specified Dissociative Disorder. Kondisi ini dapat ditandai dengan hilangnya kesadaran akan lingkungan sekitar sehingga orang tersebut tidak responsif atau tidak peka terhadap rangsangan lingkungan.
Terdapat dua jenis kesurupan dalam dunia psikiatri, yakni munculnya keyakinan adanya kekuatan lain yang menguasai diri seseorang. Gejala ini muncul karena isi pikiran seseorang yang terbagi dan biasanya dialami oleh pasien skizofrenia.
Sementara itu, jenis lainnya adalah metaformosis total. Orang ini meyakini dirinya berubah menjadi orang lain atau menjadi benda tertentu. Hal ini disebut sebagai gangguan disosiasi, menurut ilmu psikiatri. Gejala ini biasanya dipicu oleh trauma atau stres psikologis berat sehingga beralih menjadi pribadi yang lain.
Mengapa orang bisa kesurupan?
Dilansir dari Kompas, kondisi mental seseorang yang kesurupan serupa dengan orang yang dihipnotis. Mereka yang mengalami disosiasi sangat mudah dihipnotis. Kondisi ini muncul ketika seseorang menghindar dari stres dan menciptakan kondisi tersebut untuk mencegah ingatan traumatis. Artinya, kesurupan juga dapat disebabkan oleh stres dan tekanan mental. Ini merupakan mekanisme seseorang untuk bertahan dari stres yang dialami. (*)
Redaksi Mitrapost.com






