Pati, Mitrapost.com – Pantai Mina Mangrove yang terletak di Desa Tunggulsari Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati memiliki potensi yang sangat luar biasa.
Pasalnya selain dapat mencegah abrasi dan wisata alam, ternyata juga bisa bermanfaat bagi pengrajin batik. Utamanya sebagai pewarna alami batik.
Diketahui pantai tersebut dibuka sejak tahun 2019 yang lalu. Terlihat pantai yang nampak sanhat asri dengan pemandangan yang menyegarkan mata. Sehinga dapat memukau para pengunjung yang betah menikmatinya di tempat itu.
Karnawi selaku pegiat lingkungan Pantai Mina Mangrove menjelaskann, kulit tanaman mangrove yang ada di Pantai Tunggulsari dapat dimanfaatkan menjadi pewarna alami batik. Biasanya perajin batik lebih memilih akar mangrove daripada batangnya. Meliputi kulit batang maupun akar dan warna yang dihasilkan sama.
“Yang bagus buat pewarna alami ya, membuat batik kulit dari batang. Tapi kalau diambil dari batangnya itu bisa mati. Akhirnya kita memutuskan akarnya saja. Ternyata sama, warna juga sama, dicacah lalu direbus di biarkan dua hari atau tiga hari nanti bisa untuk pewarna alami,” jelas dia.
Ia menambahkan, dengan warna yang agak muda jubisa didapatkan dari buahnya. Akan tetapi, warna yang lebih pekat bisa diperoleh dari akar kulitnya.
“Ini banyak dari buahnya juga sangat bisa, tapi beda-beda ya. Kalau ini yang muda, kalau ini lebih tua, kalau yang pewarna alaminya,” tambah Karnawi.
Tanaman mangrove yang ia tekuni saat ini berjenis Avicennia dan Rhizophora. Sedangkan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami batik yakni Rhizophora.
“Yang ada yang di Rhizophora saja, yang ada akarnya. Kalau yang di Avicennia kan tidak ada, hanya akar paku saja yang ada,” tandasnya.
Sementara itu, pihaknya juga menyinggung berbagai faktor yang mempengaruhi kerusakan tanaman mangrove. Meliputi faktor abrasi saat mengikis lahan pesisir.
Terlebih ada faktor gangguan 3W. Diantaranya Wong, Wedhus, Widheng atau dalam Bahasa Indonesia yang memiliki arti wong (manusia), wedhus (kambing) dan widheng (hama perusak).
“Hambatan menanam mangrove datang dari alam sama datang dari ulah makhluk hidup sekitar sendiri. Tapi ada juga Faktor alam biasanya dari gelombang yang tinggi maupun abrasi. Dan hal itu tak bisa kita hindari. Sedangkan faktor lainnya itu ada dari 3W yang sering kita hadapi hingga saat ini,” tutup Karnawi. (*)






