Mitrapost.com – Musim kemarau panjang membuat ketersediaan air sejumlah daerah menipis. Padahal, air sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, hingga mengairi sawah dan tumbuhan.
Saat hujan tak kunjung turun, para ulama menganjurkan umat muslim untuk berdoa kepada Allah dan melakukan salat istisqa untuk memohon turunnya hujan.
Niat salat Istisqa
Berikut ini adalah nilat salat Istisqa;
أُصَلَّى سُنَّةَ الْإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُومًا إمَامًا) لله تَعَالَى
Ushalli sunnatal istisqa’i rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’mûman/imâman lillâhi ta’âlâ
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Istisqa’ dua rakaat dengan menghadap kiblat sebagai makmum/ imam, karena Allah Ta’ala.”
Tata cara salat Istisqa
Dilansir dari NU Online, shalat istisqa dianjurkan bertakbir dan mengangkat kedua tangan sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.
كصلاته فيكبر في أول الأولى سبعا وأول الثانية خمسا يقينا ويأتي بجميع ما مر ثم
Artinya, “Cara shalat istisqa sama seperti cara shalat Id. Seseorang bertakbir sebanyak tujuh kali (di luar takbiratul ihram) pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakaat kedua. Selebihnya ia mengerjakan semua apa yang sudah ditentukan lalu di sana,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 365).
Setelah itu, khatib menyampaikan khutbah dengan mengganti lafal takbir dengan lafal istighfar. Sebelum masuk khutbah pertama khatib membaca istighfar sembilan kali, lalu sebelum khutbah kedua khatib juga membaca istighfar tujuh kali.
ويخطب خطبتين كخطبتي العيد فيما مر فيهما لكن يجوز هنا خطبتان أو واحدة على ما مر في الكسوف وكونها قبل الصلاة وبعدها أفضل لأنه أكثر من فعله صلى الله عليه … وفي أنه إذا خطب هنا استغفر الله بدل التكبير قبل الخطبة الأولى تسعا وقبل الثانية سبعا يقينا لأنه اللائق
Artinya, “(Khatib kemudian menyampaikan khutbah dua) seperti khutbah shalat Id sebagaimana telah lalu. Tetapi di sana boleh disampaikan dua kali khutbah (atau sekali) sebagaimana telah lalu pada shalat gerhana. Khutbah dilakukan sebelum dan (setelah shalat lebih utama) karena khutbah setelah lebih sering dilakukan oleh Rasulullah SAW… (Khatib beristighfar dalam khutbah) di sana (sebagai pengganti takbir) sebelum khutbah pertama sebanyak sembilan kali dan sebelum khutbah kedua sebanyak tujuh kali dengan yakin karena itu yang layak,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 365). (*)
Redaksi Mitrapost.com