Pati, Mitrapost.com – Pupuk bersubsidi sekarang ini dikurangi oleh pemerintah. Eny Prasetyowati selaku Koordinator Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan (BPP PPL) Kecamatan Gabus menyampaikan bahwa pupuk urea yang mulanya 100% menjadi 52%. Dari sekilas angka tersebut, pengurangannya hampir mencapai separuhnya sendiri.
Oleh karena itu, sebagian petani di Dusun Jogan Desa Tambahmulyo Kecamatan Gabus, sudah mulai bersiap-siap untuk bertani dengan sedikit demi sedikit menggunakan pupuk organik atau menuju pertanian organik.
Sutrimo, Kepala Dusun Jogan mengatakan sejauh ini petani sudah mulai bersiap-siap menuju organik atau mengurangi pupuk dari pemerintah. Biasanya para petani di sini menggunakan Kohe (Kotoran Hewan).
“Kebetulan ini belum produksi lagi. Kohe itu kita tampung, ternak-ternak dari warga”, ucapnya, Rabu (24/01/2024).
Pembuatan pupuk organik dari Kohe (Kotoran Hewan) sangat sederhana bahan-bahannya yaitu sisa hasil panen (jerami, kulit kacang), lalu campur dengan kotoran hewan.
“Sebenarnya petani itu ada nilai yang terbuang, limbah panen itu,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan dari hasil panen tidak hanya digunakan untuk pakan ternak, tetapi digunakan yang lainnya pun bisa contohnya dibuat pupuk organik dari sisa-sisa panen tersebut.
“Limbah hasil panen itu, rata-rata digunakan untuk pakan ternak. Padahal, selain itu bisa digunakan untuk pupuk,” ucapnya.
“Dipermentasi menggunakan molase, terus ada dedak, ada cairan gula atau ragi, nah itu bisa. Jadi itu untuk mempercepat penguraian dari permentasi Kohe itu tadi. Intinya kita polanya penyediaan nutrisi tanah di lahan petani,” tambahnya. (iwp)

Wartawan Mitrapost.com