Mitrapost.com – Juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Masinton Pasaribu menekankan agar kritik dari berbagai perguruan tinggi tidak disamakan dengan suara buzzer.
“Ketika akademisi bersuara, ini jangan disamakan, jangan direndahkan. Ini disamakan suara akademisi dengan suara buzzer atau influencer,” kata Masinton dikutip dari Political Show CNN Indonesia TV, Selasa (6/2).
Menurutnya, menyamakan suara akademisi dengan cuitan buzzer sama saja dengan merendahkan kewarasan.
“Itu merendahkan akal sehat,” tegasnya.
Sementara itu, pihak istana mewajarkan adanya kritik yang dilayangkan kepada Presiden Joko Widodo ditahun politik.
“Kita cermati di tahun politik, jelang pemilu pasti munculkan sebuah pertarungan opini, penggiringan opini. Pertarungan opini dalam kontestasi politik adalah sesuatu yang juga wajar aja. Apalagi kaitannya dengan strategi politik partisan untuk politik elektoral,” kata Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana.
Disisi lain, mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) Profesor Aidul Fitri Ciada Azhari prihatin dengan sikap istana yang menyepelekan suara akademisi.
“Saya mendengar dari beberapa kalangan, ya sebutlah dari Pihak Istana, ini sebagai orkestrasi politik. Saya kira ini orkestrasi kewarasan, orkestrasi nurani, orkestrasi moral,” ucap Aidul dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (6/2).
Redaksi Mitrapost.com