Pati, Mitrapost.com – Minimnya skill pendidik untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus di sekolah menjadi permasalahan tersendiri bagi para pendidik. Terlebih muncul kebijakan bahwa sekolah dilarang menolak anak berkebutuhan khusus menjadi penekanan khusus bagi para pendidik.
Ruhani, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pati pun mengharapkan adanya pelatihan guru untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus. Ia menilai tanpa adanya pelatihan, guru semakin kebingungan.
“Harapannya nanti ada lagi dari pemerintah seperti kemarin. Jadi kemarin itu merupakan dana atau sumbangan dari Wihtbank. Karena kebetulan memang ada semacam bantuan dari pemerintah yang berasal dari Wihtbank itu terkait dengan adanya pengembangan peningkatan mutu guru melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran),” katanya belum lama ini kepada wartawan Mitrapost.
Sejauh ini pendampingan anak berkebutuhan khusus menjadi salah satu tantangan para guru, apalagi yang belum mendapatkan pelatihan terkait pendamping anak berkebutuhan khusus.
“Tantangan bagi guru-guru. Saya kira tidak boleh dibedakan antara yang berkebutuhan khusus dengan yang normal. Tetapi para guru yang belum menerima training, belum menerima pelatihan ini juga agak kesulitan untuk mengajarkan sebuah ilmu,” katanya.
Ruhani mencontohkan, untuk penanganan anak tuna rungu yang masih menyulitkan para guru karena memerlukan ketrampilan khusus.
“Katakanlah kalau anak itu kebetulan tuna rungu kita kesulitan. Jadi, harus ada guru-guru khusus,” ujarnya.
“Kewajiban lembaga madrasah (seluruh jenjang) baik MI, MTs, dan MA harus menerima dan harus disamakan dengan anak-anak normal, walaupun cara pemberlakuannya, cara mendidiknya memang agak perbedaan,” tandasnya. (iwp)

Wartawan Mitrapost.com