Mitrapost.com – Viral sebuah video memperlihatkan pimpinan jemaah Aolia yang menetapkan 1 Syawal pada Jumat (5/4) kemarin.
Bahkan dalam pengakuannya tersebut, penetapan lebaran itu atas perintah Allah SWT. Ia mengaku langsung menelpon Allah SWT.
“Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Taala, Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah Taala hadirko, tanggal 5 Jumat, lah makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya gusti Allah,” ucap orang tersebut menggunakan bahasa Jawa dalam video viral itu.
Hal ini pun mendapatkan tanggapan dari Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur.
Ia meminta jemaah untuk tidak mempermaikan Islam. Gus Fahrur juga mengajak tokoh agama beribadah sesuai ajaran agama Islam
“Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang berhari raya hari Jumat kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali,” ujar Gus Fahrur.
“Kita berharap semua umat Islam khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya, tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT,” tutur dia.
Gus Fahrus menjelaskan beribadah tentu juga harus sesuai dengan tuntunan syariat dan ilmu-ilmu standar Islam.
“Maka tidak bisa seseorang secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama,” ucapnya.
“Kepada saudara kita, masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul, dihimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggungjawabkan ajarannya sesuai metode nalar syariat Islam yang sah, dan telah diterima oleh masyarakat dunia Islam secara luas,” ucapnya.
“Tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Gusti Allah tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam, karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syariat,” tutur dia.
Lebih lanjut, ia berharap agar masyarakat tidak terkecoh dengan kesaktian seseorang bahkan orang yang mengaku dapat berkomunikasi dengan Allah SWT.
“Orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan dihadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya. Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun, dan mengaku-ngaku sebagai gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan,” ucapnya.
Fenomena ini menjadi alasan pentingnya penetapan awal Ramadan dan 1 Syawal oleh pemerintah.
“Ini mungkin bisa menjadi salah satu alasan untuk dibuat peraturan pemerintah tentang penetapan awal dan akhir Ramadan harus mengikuti keputusan pemerintah, sebagaimana dilakukan di semua negara muslim seluruh dunia,” katanya.
Redaksi Mitrapost.com






