Mitrapost.com – Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata khawatir lembaga tersebut semakin sedikit mendapat dukungan publik.
Menurutnya, kondisi tersebut buntut dari satu pemimpin yang telah mendapatkan penolakan dari masyarat sejak pencalonan. Namun, Alex tidak menyebut siapa sosok yang dia maksud.
“Trust KPK saya melihat lima tahun terakhir ini sejak pemilihan pimpinan KPK jilid 5 publik sudah menolak sosok tertentu dan itu terbawa terus sehingga publik meninggalkan KPK,” ujar Alex dikutip CNNIndonesia, Sabtu (22/6/2024).
“Tidak ada dukungan hanya karena ada satu sosok, publik lupa masih ada sosok pimpinan yang lain. Bahwa KPK itu bukan milik pimpinan,” sambungnya.
Selanjutnya, dia menegaskan bahwa pimpinan KPK bukanlah malaikat. Pimpinan KPK tidak akan maksimal di periode selanjutnya jika tidak didukung pegawai yang berintegritas.
“Pimpinan bukan malaikat. Sosok-sosok yang nanti terpilih tanpa didukung oleh SDM yang juga berintegritas dan independen tidak akan bisa karena penangan perkara itu berjenjang. Jauh lebih mudah intervensi itu ke pegawai dibanding pimpinan,” jelas Alex.
Lebih lanjut, Alex juga menjelaskan pemberantasan korupsi tidak lepas dari political will atau kemauan politik, terkhusus dari Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
“Tanpa komitmen DPR, tanpa komitmen Presiden untuk bisa melihat secara komprehensif persoalan pemberantasan korupsi, kita omong kosong pemberantasan korupsi itu,” jelas Alex.
Kemudian, dia khawatir jika masyarakat merasa kecewa lantaran berharap kepada KPK saja, termasuk pimpinan.
“Berharap KPK, saya khawatir atau berharap pimpinan KPK menjadi malaikat-malaikat, saya khawatir masyarakat akan kecewa. Jangan pernah berharap pada pimpinan sekalipun nanti yang terpilih itu adalah sosok-sosok yang terkenal integritas. KPK tidak pernah tergantung pada pimpinan semata,” kata Alex.
Kemudian, ia mengungkapkan bahwa sumber daya manusia (SDM) KPK banyak penyelidik dan penyidik KPK dari lembaga penegak hukum lain, contohnya kepolisian.
“Memang persoalan ketika ada penyelidik, penyidik dari kepolisian, ada dari kejaksaan. Mereka itu kan punya bos di instansi asalnya. Idealnya kan kalau sudah di KPK tunduk pada perintah pimpinan. Apakah ada jaminan? Saya enggak tahu, karena di luar kantor, kami enggak bisa awasi,” sebut Alex.
Saat ini, lanjut Alex, pihaknya tengah menyiapkan program pendidikan serta pelatihan bagi pegawai di KPK, agar staf KPK berinsting penyelidik. (*)
Redaksi Mitrapost.com