Saat konjungsi inferior, Merkurius berada pada posisi terdekatnya dari Bumi pada jarak 0,62 AU dari Bumi. Jika Merkurius bisa diamati, maka planet ini sangat redup dengan diameter piringan 10,9 detik busur.
Peristiwa konjungsi superior Merkurius menandai akhir kenampakan planet ini kala senja dan mulai bertransisi untuk hadir kala fajar dalam beberapa minggu lagi.
-
Blue Moon (19 Agustus 2024)
Pada tanggal 19 Agustus 2024, akan ada fenomena langit yang spesial yaitu Blue Moon dan Supermoon terjadi bersamaan. Blue Moon adalah istilah untuk Full Moon ketiga, tetapi bulan tidak akan berwarna biru.
Blue Moon akan menjadi salah satu fenomena astronomi Agustus 2024. Dikutip dari Space pada Jumat (26/07/2024), fenomena ini terjadi pada saat bulan purnama berada di sisi berlawanan bumi.
Pada posisi ini, permukaan bulan akan sepenuhnya diterangi oleh matahari. Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Sturgeon karena ikan sturgeon besar di Great Lakes dan danau-danau besar lainnya lebih mudah ditangkap pada waktu tahun ini.
Blue Moon juga dikenal sebagai Bulan Jagung Hijau (Green Corn Moon) dan Bulan Gandum (Grain Moon). Bulan Biru adalah bulan purnama ketiga dari empat bulan purnama di musim ini.
Bulan Biru terjadi setiap dua hingga tiga tahun sekali. Hal ini disebabkan jarak 29,5 hari antar bulan purnama.
Februari tidak akan pernah mengalami Bulan Biru karena hanya memiliki 28 hari pada tahun biasa dan 29 hari pada tahun kabisat. Terkadang Februari tidak memiliki Bulan Purnama sama sekali, ini dikenal sebagai Bulan Hitam (Black Moon).
Blue Moon hanya terjadi sekali setiap beberapa tahun, sehingga memunculkan istilah, “sekali dalam Bulan Biru.” Biasanya, hanya ada tiga bulan purnama di setiap musim dalam setahun.
Namun, karena bulan purnama terjadi setiap 29,53 hari, terkadang satu musim akan berisi 4 bulan purnama. Bulan purnama ekstra musim ini dikenal sebagai Bulan Biru.
-
Fenomena Langit Bulan Purnama (20 Agustus)
Bulan akan berada di atas cakrawala sejak Matahari terbenam sampai fajar tiba. Kesempatan baik untuk mengamati Bulan dan kawah-kawahnya. Setelah fase purnama, Bulan secara perlahan akan bergeser waktu terbitnya semakin malam.
-
Bulan — Saturnus (20-21 Agustus)
Bulan berpapasan dekat dengan Saturnus meski tidak lagi sedekat sebulan lalu. Kali ini keduanya berjarak 4º dan bisa diamati sejak pasangan ini terbit satu jam setelah Matahari terbenam. Saturnus terbit terlebih dahulu pada pukul 19:00 WIB disusul Bulan 25 menit kemudian. Keduanya bisa diamati sampai saat fajar.
-
Fenomena Langit Okultasi Bulan di Planet Saturnus (21 Agustus)
Fenomena okultasi Bulan di Planet Saturnus akan terjadi pada tanggal 21 Agustus 2024 di langit. Okultasi ini terjadi ketika Bulan melintas di depan Saturnus dari perspektif kita di Bumi, sehingga Saturnus tampak tersembunyi di balik Bulan untuk sementara waktu. Fenomena ini akan terlihat jelas di beberapa wilayah, tergantung pada kondisi cuaca dan lokasi geografis.
Fenomena ini adalah kesempatan langka untuk melihat interaksi antara Bulan dan Saturnus, terutama mengingat posisi Saturnus yang akan terlihat lebih terang dan jelas karena cahayanya tidak akan tersebar oleh atmosfer Bumi seperti biasanya.
-
Bulan — Pleiades (25-26 Agustus)
Bulan dan gugus bintang Pleiades atau Lintang Kartika tanggal 26 Agustus 2024 pukul 01:00 WIB. Kredit: Stellarium
Bulan berpapasan dengan Pleiades (M45) mulai tengah malam saat keduanya terbit dan terpisah 2º. Bulan terbit pukul 23:05 WIB disusul Pleiades pada pukul 23:26 WIB. Pasangan ini bisa diamati sampai saat Matahari terbit pada pukul 05:53 WIB.
-
Fenomena Langit Bulan Perbani Akhir (26 Agustus)
Bulan terbit tengah malam dan terbenam siang hari. Bulan tampak dari tengah malam sampai jelang fajar.
-
Large Planetary Parade (28 Agustus)
Pada tanggal 28 Agustus 2024, akan terjadi fenomena “Large Planetary Parade,” di mana enam planet yaitu Merkurius, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus akan tampak sejajar di langit pagi.
Planet-planet ini akan terlihat dekat satu sama lain di sepanjang jalur ekliptika, jalur yang dilalui Matahari di langit. Meski tidak membentuk garis lurus sempurna, mereka akan terlihat berkumpul di satu bagian langit, menciptakan pemandangan yang menarik.
Fenomena ini bisa dilihat dengan mata telanjang dari banyak tempat di dunia, asalkan cuaca dan kondisi cahaya memungkinkan.