Mitrapost.com – Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita meyakini seluruh ciptaan Allah SWT, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata. Ada beberapa jenis makhluk tak kasat mata atau makhluk gaib ciptaan Allah SWT, diantaranya setan, iblis dan jin.
Meski sering didefinisikan sama, yakni makhluk Allah SWT yang ingkar kepada-Nya, sebenarnya ketiga istilah ini memiliki perbedaan. Lantas, apa perbedaannya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
Apa perbedaan setan, iblis, dan jin?
Berdasarkan as-Syaikh Ahmad as-Sawi dalam kitab Taudhihul Adillah 1 karya KH. M. Syafi’i Hadzami, setan berasal dari kata ‘syatana’ yang artinya jauh dari rahmat. Istilah setan ini merupakan sifat dan tidak memiliki bentuk atau asal tertentu. Dengan demikian, setan juga bisa menjadi sebutan bagi jin maupun manusia.
Jin yang durhaka kepada Allah SWT adalah setan. Begitu pula manusia yang ingkar kepada Allah SWT disebut memiliki sifat setan. Hal ini tercantum dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 112;
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Artinya: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan,” (QS Al-An’am: 112).
Sementara itu, iblis merujuk pada salah satu jin bernama Azazil. Kitab A’maru wa ansabu al-anbiya karya Jihad Muhammad Hajjaj yang diterjemahkan oleh Muhammad Yusuf Shandy, nama iblis ini merujuk pada sosok yang menggoda Nabi Adam AS saat di surga. Ia juga membangkang dan arogan saat Allah SWT memerintah untuk sujud kepada Nabi Adam AS.
Dalam Al-Kahfi ayat 50, Allah SWT berfirman;
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya,” (QS Al-Kahfi: 50).
Sementara itu, makna dari jin adalah makhluk yang berasal dari nyalanya api. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 15;
وَخَلَقَ ٱلْجَآنَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ
Artinya: “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api,” (QS Ar-Rahman: 15).
Menurut as-Sayyid Alawi bin Ahmad as-Saggaf dalam kitab Al-Kaukabu Al-Ajuj, diterangkan bahwa jin memiliki zat yang halus, dan dapat berubah-ubah bentuk. Sebagian jin ada yang beriman, tapi ada pula yang kafir.
Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya Pengantar Studi Akidah Islam menyebutkan bahwa bangsa jin memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu sama-sama memiliki akal, pengetahuan, dan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Bedanya dengan manusia, yakni materi pembentuknya yang membuat jin tidak dapat dilihat oleh mata manusia. (*)
Redaksi Mitrapost.com