Mitrapost.com – Sektor industri dalam bidang ekonomi nasional kian menurun saja. Hal ini dinilai penyebab mengapa gaji pekerja di Indonesia rendah yang mana rata-ratanya yaitu Rp1,7 juta setiap bulannya.
Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono mengatakan suatu negara memang mengalami transformasi ekonomi. Mulai dari perekonomian, kemudian tataran industri, lalu jasa.
“Jadi sebenarnya yang dipersoalkan bukan deindustrialisasinya, karena kalau deindustrialisasi itu kan proses alamiah yang tadi saya sampaikan. Karena pada akhirnya perekonomian semakin maju, itu semakin besar peranan dari sektor jasa,” kata Edy.
Proses dominasi sektor jasa di Indonesia terhadap perekonomian nasional terjadi jauh lebih cepat, sebelum sektor industri tumbuh stabil hingga menyebabkan terjadinya deindustrial dini pada 2001.
“Tetapi biasanya dominasi sektor jasa itu terjadi karena sektor jasanya tuh makin naik sementara industrinya stabil. Di kita nggak, industrinya ini turun, peran sektor industri terhadap PDB itu turun,” ucap Edy.
“Nah di kita, deindustrialisasinya terlalu dini, sebelum mencapai level make sure, industri kita sudah tidak kompetitif lagi. Sementara sektor jasa yang berkembang, itu jasa-jasa yang kalau boleh dikatakan tidak menjamin kesejahteraan. Nah ini juga menjadi tantangan tersendiri,” imbuh dia.
Kondisi ini secara langsung dapat mempengaruhi lapangan kerja, saat pemerintahan Jokowi ini hanya tercipta 2 juta lapangan kerja padahal angka pencari kerja mencapai 2,5 juta orang.
“Ini juga terkait dengan apa yang terjadi di pasar kerja. Lapangan kerja yang tercipta setiap tahun hanya sekitar 2 juta, itu tidak cukup, benar. Karena jumlah angkatan kerja baru di kita itu rata-rata setiap tahun 2,5 juta,” jelas Edy.
“Jadi setiap tahun tuh ada 2,5 juta (orang) pencari kerja baru. Jadi kalau kita tidak menghasilkan lapangan kerja baru di atas itu, akan ada masalah,” imbuh dia.
Edy menjelaskan pekerja informal ini sebenarnya tidak mempengaruhi secara umum, namun berdampak pada kesejahteraan para pekerja hingga gaji tersebut rata-rata berada pada angka 1,7 juta setiap bulan.
“Kalau angka pengangguran kita baik-baik saja, tapi lebih tercermin di sini, yaitu dominasi sektor informal. Sekitar 60% dari pekerja kita saat ini adalah pekerja di sektor informal dengan penghasilan sangat terbatas, rata-rata ya. Memang ada pekerja informal yang sejahtera ya ada,” ucapnya.
“Kita terlalu besar, 60% dari pekerja kita adalah pekerja informal dengan rata-rata penghasilan hanya Rp 1,7 juta per bulan dan ini memang masalah,” beber Edy. (*)
Redaksi Mitrapost.com