Mitrapost.com – Umat Islam sebaiknya menghindari perilaku yang dilarang oleh agama, termasuk israf. Israf sendiri merupakan kebiasaan konsumsi berlebihan sehingga menimbulkan mudharat atau dampak negatif.
Israf berasal dari bahasa Arab ‘asrafa’, ‘yusrifu’, ‘israafan’ yang berarti ‘melampaui batas’. Secara istilah, israf merujuk pada ucapan atau perbuatan yang berlebihan. Perilaku ini disebut sebagai penyakit rohani yang ditandai perilaku berlebihan di luar batas kewajaran.
Berlebihan ini bisa dalam konteks banyak hal, misalnya dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Umat Islam telah diperingatkan bahwa Allah SWT membenci perilaku yang berlebih-lebihan, tercantum dalam surat Al-An’am ayat 141,
وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ…
Artinya: “(…) dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW juga bersabda, “Binasalah orang-orang yang suka berlebih-lebihan.” Beliau mengulangi ucapan ini hingga tiga kali. (HR Muslim).
Lantas, apa saja perilaku berlebih-lebihan yang bisa digolongkan dalam sikap israf tersebut? Simak selengkapnya berikut ini, dilansir dari DetikHikmah!
Konsumsi makanan secara berlebihan
Allah SWT berfirman dalam Al-A’raf ayat 31 yang berbunyi,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya: “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Selain itu, Nabi SAW juga menyarankan agar seseorang makan dan minum secukupnya, “Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas,” (HR Ahmad).
Bermewah-mewahan dalam segala hal
Dalam Al-Quran, Allah SWT telah memperingatkan hamba-Nya untuk menjauhi hidup bermewah-mewahan. Pasalnya, hidup mewah dan berlebih-lebihan bisa memberikan mudharat, tak hanya pada diri sendiri, melainkan lingkungan sekitar.
Allah SWT berfirman dalam suart Al-Isra’ ayat 16,
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيراً
Artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka, sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”
Menimbun harta dan tidak diinfakkan
Allah SWT berfirman dalam penggalan Surah At-Taubah ayat 34-35,
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُون
Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.”
“(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (*)

Redaksi Mitrapost.com