Mitrapost.com – Setiap umat muslim pasti ingin masuk ke dalam surga Allah SWT setelah hari kiamat kelak. Adapun tingkatan surga paling tinggi dan mulia adalah surga Firdaus, disiapkan bagi golongan manusia beriman dan beramal saleh.
Keberadaan Surga Firdaus telah disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surat Al Kahfi ayat 107,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Artinya: “Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal,”
Menukil buku ‘Megahnya Surga’ oleh Abdullah Syafi’ie, asal kata Surga Firdaus adalah ‘bustan’ yang berarti kebun. Surga ini berada persis di bawah Arsy atau singgasana Allah SWT, sehingga Surga Firdaus menjadi tempat yang mulia.
Dilansir dari DetikHikmah, berikut ini beberapa golongan manusia yang dipercaya akan menempati surga Firdaus!
Muslim yang khusyuk salat
Khusyuk berarti ketundukan, kerendahan, ketenangan, dan kelembutan hati. Istilah ini juga bisa dimaknai sebagai fokus untuk merasakan kehadiran Allah SWT ketika beribadah, khususnya saat salat.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku hendak menyuruhmu melakukan sholat, kemudian aku hendak pergi ke pintu-pintu rumah kalian untuk menyuruhkan agar seluruh perbuatan dosa ditinggalkan. Lalu aku ingin membakar kayu bakar yang akan diletakkan di bawah tempat tidur kalian, kemudian aku ingin memerintahkan kepada para pelayan laki-laki dan perempuan agar kalian tetap khusyuk dalam salat,” (HR. Ahmad).
Muslim yang menghindari hal tak berguna
Orang-orang dalam golongan ini lebih mengutamakan kegiatan yang bermanfaat dan fokus beribadah kepada Allah SWT. Mereka akan mendapatkan kenikmatan Surga Firdaus.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Di antara yang termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya,” (HR Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Malik, dan Ibnu Hibban).
Muslim menunaikan zakat
Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam. Bagi orang-orang yang menjadikan zakat sebagai amal ibadah akan mendapatkan tempat di Surga Firdaus. Hal ini sebagai wujud kepedulian dan kemuliaan terhadap sesama, sekaligus ketaatan kepada Allah SWT.
Abu Aiyub berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw, “Beritahu aku tentang suatu amal yang dapat memasukkanku ke surga.” Beliau bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan sambunglah tali silaturrahim,” (Muttafaq ‘alaihi).
Muslim yang menjaga kemaluannya
‘Menjaga kemaluannya’ dalam konteks Islam berarti memelihara dan melindungi organ intim (kemaluan) dari perbuatan yang dilarang, seperti zina dan perbuatan lain yang merusak kehormatan, serta menjaga pandangan dan perbuatan agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa.
Diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Kitab Hilyah, dari Abdullah bin Abbas Rodhiyallohu Anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Wahai pemuda Quroisy, janganlah kalian berzina, jagalah kemaluan, ketahuilah bahwa orang yang Allah jaga kemaluannya akan mendapatkan surga’.”
Muslim yang menjaga amanah
Menjaga amanah dalam Islam berarti memenuhi kewajiban dan kepercayaan yang diberikan dengan jujur dan bertanggung jawab, baik terhadap Allah, sesama manusia, maupun diri sendiri. Apabila seseorang diberikan sebuah amanah, maka ia harus mampu menjaga amanah tersebut.
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan jangan engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu,” (HR. Tirmidzi).
Muslim yang menjaga salatnya
Menjaga shalat dalam Islam berarti melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu, dengan khusyuk, dan sesuai dengan tuntunan agama, karena shalat adalah ibadah paling utama dan tiang agama.
Dari Ubadah bin ash-Shâmit Radhiyallahu anhu, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Lima shalat yang Allah wajibkan atas hamba-Nya. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka ia memiliki perjanjian dengan Allah untuk memasukkan dia ke surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki perjanjian dengan Allâh. Jika Allâh berkehendak, maka Dia mengadzabnya dan jika Dia berkehendak Dia mengampuninya.” (*)

Redaksi Mitrapost.com