Mitrapost.com – Enam Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Ngawi dikabarkan mendapatkan hanya satu orang siswa baru pada tahun ajaran baru 2025/2026. Salah satunya adalah SDN 1 Dempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Jumlah siswa yang sangat minim bukan menjadi fenomena yang baru di SDN 1 Dempel. AKP (7), satu-satunya siswa baru digabung bersama dengan enam siswa kelas dua yang masih tersisa dalam mengikuti rangkaian Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Kepala Sekolah SDN 1 Dempel, Endang Kurniasih, mengatakan, bahwa saat ini dirinya hanya memiliki sebanyak 17 siswa hingga kelas enam. Dirinya menjelaskan bahwa minimnya siswa dipengaruhi oleh letak yang kurang strategis. SDN 1 Dempel berada di ujung utara Desa Dempel yang berbatasan langsung dengan desa tetangga. Terdapat empat sekolah dasar lain yang berada berdekatan, baik negeri maupun swasta.
Selain itu, sistem zonasi dan tidak adanya taman kanak-kanak (TK) di sekitar lingkungan sekolah juga menjadi salah satu faktor sulitnya mendapatkan siswa baru. Terdapat lima SDN lain yang juga mendapatkan satu murid baru pada tahun ajaran 2025/2026, diantaranya; SDN Mojo 1, SDN 1 Jenggrik, SDN Karangbanyu 3, SDN Sidolaju 5 dan SDN Kayutrejo 2.
Lalu, apakah faktor sebenarnya penyebab sekolah negeri mengalami penurunan peminat? Dalam artikel ini akan dijelaskan enam faktor yang menjadi penyebab menurunnya peminat sekolah negeri menurut Juni Ahyar, M.Pd, seorang pengamat pendidikan dan dosen Universitas Malikussaleh.
6 Faktor Penurunan Peminat Sekolah Negeri
- Fasilitas yang kalah bersaing dengan sekolah swasta
Kondisi bangunan di sekolah negeri banyak mengalami kerusakan. Hal ini menjadi alasan orang tua untuk tidak memasukkan anaknya ke sekolah negeri karena faktor keamanan dan kenyamanan. Wali murid tidak menginginkan anaknya belajar dalam kondisi berbahaya, sedangkan di sekolah swasta banyak didukung pengamanan yang standar dan memadai.
- Pertimbangan kualitas prestasi
Dalam beberapa perlombaan, prestasi seringkali dimenangkan oleh siswa dari sekolah swasta. Beberapa sekolah negeri dengan guru yang berusai senja sulit beradaptasi dengan perkembangan zaman. Berbeda dengan banyak sekolah swasta yang sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi masa kini.
- Sistem yang kaku
Sekolah negeri terkesan kaku karena harus mengikuti regulasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Tidak ada terobosan seperti sekolah swasta yang memiliki otoritas manajerial mengutamakan profesionalisme ddibandingan unsur politis.
- Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pemerintah yang sudah memberikan dana BOS kedapa seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta menjadikan masyarakat tidak merasa terbebani pembiayaannya ketika anak-anak mereka bersekolah di swasta.
- Belum adanya pengembangan pembelajaran yang memadai
Orang tua menginginkan anaknya memiliki akhlak pekerti yang baik tidak hanya dalam ekstrakurikuler, namun juga melalui pembelajaran harian rutin. Sekolah harus benar-benar berinovasi agar mampu keluar dari rutinitas biasanya dan bisa lebih aktif kembali.
- Kurangnya promosi sekolah di berbagai media
Sekolah swasta begitu gencar melakukan promosi di berbagai media baik dari tingkat SD, SMP, maupun SMA sehingga mengurangi perhatian wali murid untuk melihat sekolah negeri yang kurang dalam hal promosi.
Keenam faktor ini diharapkan menjadi perhatian yang serius bagi guru dan tenaga kependidikan di sekolah negeri agar dilakukan pembenahan. Karena sekolah negeri harusnya bisa lebih unggul dari sekolah swasta karena mendapatkan perhatian yang penuh dari pemerintah.

Redaksi Mitrapost.com