Peran Perempuan dalam Hubungan melalui Film ‘Sore: Istri dari Masa Depan’

Mitrapost.com – Sutradara Yandy Laurens berhasil menciptakan film dengan alur yang epic berjudul Sore: Istri dari Masa Depan. film ini diadaptasi dari web series iklan suatu brand dengan judul yang sama pada tahun 2017.

Dalam versi film, sosok Sore diperankan oleh Sheila Dara, sedangkan versi web series diperankan oleh Tika Bravani. Sementara itu, Dion Wiyoko menjadi tokoh Jonathan di film maupun web series-nya.

Sore: Istri dari Masa Depan menjadi film berkonsep fiksi-ilmiah (science-fiction) yang menceritakan sosok Sore sebagai seorang perempuan yang tiba-tiba muncul di hadapan Jonathan sebagai ‘istrinya dari masa depan’.

Jonathan yang berkehidupan monoton dan sering mengabaikan kesehatan fisik maupun emosionalnya tiba-tiba mendapati seorang perempuan berada di kamarnya dan memperkenalkan diri sebagai Sore, Istrinya dari masa depan.

Menurut Sore, di masa depan, ia dan Jonathan menjadi sepasang suami istri. Jonathan akan meninggal karena serangan jantung dan oleh sebab itu, Sore hadir untuk mengubah gaya hidup laki-laki yang dicintainya.

Hal aneh itu membuat Jonathan berkali-kali mendorong Sore keluar dari kehidupannya. Namun, berkali-kali pula perempuan itu kembali, memutar ulang waktu, demi menyelamatkan sang suami. Pemutaran ulang perjalanannya memunculkan efek samping terhadap kondisi fisik Sore yang kerap mimisan hingga pingsan dalam setiap waktu yang ia hadiri.

Konflik mulai memuncak ketika waktu imajiner Sore semakin menipis hingga dihadapkan pada dilema antara meneruskan perjuangan atau merelakan semuanya tidak berubah tepat waktu. Gambaran perilaku Sore ini  memunculkan sejumlah pertanyaan tentang representasi perempuan, relasi kuasa dalam cinta, dan bagaimana peran perempuan dalam hubungan yang sebenarnya.

Peran Perempuan dalam Relasi Kisah Cintanya

Sore digambarkan sebagai sosok yang menyusuri ruang dan waktu demi Jonathan yang menempatkannya dalam posisi karakter perempuan yang ‘maha tahu’. Dalam banyak adegan, ia tidak bertindak secara aktif untuk menentukan nasibnya sendiri.

Dilansir dari Konde.co, perspektif feminisme menerangkan bahwa hal ini mencerminkan ambivalensi representasi perempuan dalam budaya populer. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan kuat, tetapi kehadirannya dibungkus dalam kerangka relasi yang menempatkan laki-laki sebagai pusat emosi, pilihan, dan transformasi cerita.

Dalam film ini mencerminkan seorang perempuan yang menjadi guru batin dan tempat ‘pemulihan’ bagi laki-laki yang terluka atau kehilangan arah. Perempuan bukan sebagai individu utuh dengan keinginan, mimpi, dan pilihannya, tetapi sebagai alat perkembangan karakter utama laki-laki. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati