Mitrapost.com – Badan Eksekutif Mahasiswa dari empat kampus memutuskan untuk keluar dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan.
Mereka diantaranya BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM); BEM Universitas Diponegoro (Undip); BEM Universitas Tanjungpura; dan BEM Universitas Sultan Agung.
Kejadian di Musyawarah Nasional (Munas) pada 13-19 Juli lalu menjadi pemicu keluarnya empat BEM kampus tersebut. Dimana saat itu Munas dihadiri elite politik dan aparat keamanan yang memperlihatkan adanya dinamika politik praktis dan eksistensi aliansi. Kemudian ada perselisihan antar anggota yang terjadi di sana.
Ketua BEM Undip Aufa Atha Ariq mengatakan bahwa keluarnya BEM Undip karena tak ingin bergabung dalam perpecahan.
“BEM Undip menarik diri bukan karena kecewa, melainkan enggan menjadi bagian dari kemunduran dan perpecahan gerakan,” ujarnya dilansir dari Tempo.
Ia menilai jika Munas yang harusnya ajang adu gagasan dan substansi, berubah menjadi ajang kekuasaan.
“Alih-alih menjadi ruang dialektika untuk perjuangan rakyat dan menggagas kemajuan bangsa, forum itu berubah menjadi arena konfliktual penguasa,” jelasnya.
Sementara itu, panitia Munas Ketua BEM Universitas Dharma Andalas Rifaldi mengatakan bahwa elit politik hingga aparat keamanan diundang karena mereka adalah bagian forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) yang membuka seremoni acara. Kemudian pengelola tempat menginap peserta di Asrama Haji disebut mensyaratkan harus atas sepengetahuan Forkopimda Sumbar.
“Kami berkomitmen itu tidak ganggu independensi kami untuk mengkritik kekuasaan,” ujarnya.
Sebelumnya, BEM KM UGM juga menyatakan mundur dari aliansi BEM SI Kerakyatan karena forum tersebut dinilai bernuansa politik.
“Kehadiran elite politik dan aparat keamanan mencederai independensi gerakan mahasiswa,” ujar Ketua BEM Keluarga Mahasiswa UGM Tiyo Ardianto.
Senada, Presiden BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Sultan Agung, Wiyu Ghaniy Allatif Yudistira menilai jika Munas tersebut jauh dari substansi gerakan mahasiswa dan banyak intervensi politik sekelompok orang di saat acara berlangsung.
“(Forum itu) jauh dari nilai moralitas mahasiswa,” ujarnya.
Presiden Mahasiswa BEM Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Tanjungpura Muhammad Najmi Ramadhan melalui laman resminya juga menyatakan bahwa gerakan mahasiswa harusnya mandiri, independen, dan kritis terhadap segala bentuk intervensi kekuasaan. (*)

Redaksi Mitrapost.com