Kenali Penyebab Gen Z dan Pemegang Gelar Master jadi Incaran TPPO

Mitrapost.com – Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) saat ini sedang menyasar generasi yang dikenal dengan kecerdasan teknologinya atau yang biasa disebut Generasi Z hingga pemegang gelar master. Beberapa wilayah penyumbang kasus terbesar TPPO diantaranya Jakarta dan Jawa Barat.

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, dalam lansiran Kompas.com menyebutkan, bahwa TPPO kini bahkan mengincar masyarakat dari kelompok berpendidikan dan kelas ekonomi menengah.

Situasi berbeda muncul ketika TPPO sekarang bahkan menargetkan Gen Z, masyarakat bergelar master degree, korban online scam, kemudian sebagian dari kelompok perempuan. Padahal dulunya hanya menargetkan kelompok yang rentan ekonomi dari kalangan miskin, dari daerah remote, atau yang sedang bekerja di domestic sector atau yang tidak berpendidikan.

Dalam catatannya, Kemenlu mendapati 675 korban TPPO perempuan sejak tahun 2023 hingga saat ini.

Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo mengatakan, kondisi yang mengerikan ini disebabkan oleh situasi minimnya lapangan kerja, terutama pasca perebakan luas Covid-19. Hal ini telah dimanfaatkan oleh sindikat perdagangan orang untuk menjerat korban.

Pelaku kini mulai merambah ke pendidikan tinggi yang sangat segera ingin bekerja dan mudah diiming-imingi. Kalangan yang berpendidikan ini merasa tidak mungkin dapat tertipu, apalagi ketika mendapat informasi mengenai pekerjaan di luar negeri.

Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia mengatakan sedikitnya 1.047 mahasiswa dari 33 kampus di seluruh Indonesia yang sangat ingin memiliki pengalaman kerja di luar negeri.

Tergiurnya janji dari dua perusahaan rekrutmen yang masuk kampus untuk mensosialisasikan program magang Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) menjadi jebakan besar bagi para kalangan berpendidikan.

Beberapa korban mengatakan kepada polisi bahwa programnya bernama Ferienjob, yang semula berjanji akan menempatkan para mahasiswa yang ikut untuk belajar bahasa asing dan bekerja sesuai bidang studi, yang kemudian akan dikonversi menjadi 21 SKS. Tetapi faktanya mereka ditempatkan sebagai buruh di perusahaan logistik, kargo, restoran, sortir buah, pengelolaan sampah hingga kuli bangunan. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati