Hidup Minimalis, Bukan Sekadar Mengurangi Barang

Mitrapost.com – Saat mendengar istilah “hidup minimalis”, yang terbayang sering kali adalah lemari pakaian polos, ruangan kosong tanpa hiasan, atau seseorang yang hanya memiliki satu gelas dan satu piring.

Padahal, minimalisme tidak melulu soal jumlah barang, melainkan tentang kesadaran memilih. Filosofi ini mengajak kita bertanya: mana yang benar-benar kita butuhkan, dan mana yang hanya memenuhi ruang tanpa makna?

Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), stres dapat meningkat akibat terlalu banyak pilihan dan beban visual dari lingkungan yang berantakan. Artinya, semakin banyak barang atau kegiatan yang tak penting, bisa jadi justru membuat hidup terasa lebih sesak.

Dari sinilah banyak orang mulai tertarik pada gaya hidup minimalis. Sebuah survei dari Statista pada 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 32% generasi milenial di Asia Tenggara mulai mengadopsi prinsip hidup minimalis, bukan hanya karena ingin hemat, tetapi juga demi kesehatan mental.

Mereka merasa lebih tenang dan fokus setelah mengurangi beban barang maupun distraksi digital. Namun hidup minimalis tidak harus berarti hidup serba kurang. Ini soal menciptakan ruang secara fisik dan emosional untuk hal-hal yang benar-benar bermakna.

Hal ini bisa dimulai dari kebiasaan sederhana seperti memilah barang yang jarang dipakai, mengurangi waktu bermain media sosial, atau menolak ajakan yang membuat hati tidak nyaman. Beberapa ahli menyebut bahwa hidup minimalis juga berpengaruh pada keberlanjutan lingkungan.

The World Economic Forum mencatat bahwa konsumerisme berlebihan menyumbang besar pada limbah rumah tangga dan jejak karbon global. Dengan membeli lebih sedikit dan lebih bijak, kita ikut berkontribusi pada bumi yang lebih sehat. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati