Cuaca Buruk dan Serangan Burung Jadi Penyebab Produksi Madu Anjlok di Pati

 

Pati, Mitrapost.com – Musim panen madu tahun ini bukanlah kabar manis bagi petani lebah di Kabupaten Pati. Salah satu peternak lebah asal Desa Gunungwungkal, Tatik, harus menghadapi kenyataan ‘pahit’.

Pasalnya, hasil panen madunya turun drastis akibat populasi lebah yang menyusut. Bukan karena penyakit atau hama, tapi karena banyak lebah dimangsa burung liar.

“Tawonku agak jelek tahun ini, bekas dimakan burung. Mirip burung dali.” katanya.

Panen madu randu yang biasanya menjadi andalan Tatik dan peternak lainnya tahun ini hanya menyentuh angka 8 kwintal. Padahal, tahun lalu, dalam periode yang sama, ia bisa memanen hingga 14 kwintal. Penurunan hampir 50 persen itu sangat berdampak, apalagi di tengah harga pasar yang juga ikut merosot.

“Kalau tahun kemarin madu randu bisa saya jual Rp 60 ribu per kilo, sekarang cuma Rp 50 ribu,” ujarnya.

Masalahnya tak berhenti di sana, cuaca yang tak menentu membuat bunga randu tidak mekar serentak. Padahal, bunga randu merupakan sumber utama nektar bagi lebah penghasil madu jenis ini.

“Randu biasanya mekar akhir Mei sampai awal Juli, tapi tahun ini enggak bareng. Jadinya, lebah juga bingung cari nektar,” tuturnya.

Meski hasil panen menurun, penjualan madu miliknya masih terus berjalan. Stok madu randu kini tersisa 50 kilogram dari total 1,1 kwintal yang dihasilkan. Madu itu ia distribusikan ke pembeli di sekitar Pati, Semarang, hingga Kalimantan Selatan.

Selain dari pohon randu, Tatik dan keluarganya juga memproduksi madu dari lebah penghisap jenis tanaman lainnya, seperti kopi, karet, dan mangga. Saat ini, ia tengah bersiap memanen madu dari lebah penghisap nektar bunga mangga yang mulai berbunga. Harapannya, panen kali ini bisa mengobati kekecewaan sebelumnya.

“Setelah randu, ini lagi musim mangga. Mudah-mudahan hasilnya bagus. Tahun lalu, madu mangga saya ludes langsung,” katanya penuh harap.

Tatik mengaku, tantangan bertani madu kini semakin kompleks, mulai dari cuaca tak menentu, serangan burung liar, hingga fluktuasi harga pasar. Namun, ia tetap optimistis dan berharap harga madu kembali stabil dan panen mendatang bisa membawa kabar ‘manis’.

“Dulu zaman Corona harga madu bisa Rp 130 ribu per kilo. Sekarang Rp 50 ribu pun kadang susah dijual. Harapan saya sih panen melimpah dan harga naik lagi,” paparnya. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati