Mitrapost.com – Intermittent fasting (IF) atau puasa berselang saat ini menjadi salah satu tren gaya hidup sehat yang banyak digemari.
Metodenya sederhana; membatasi waktu makan dalam jangka tertentu, biasanya dengan pola seperti 16:8 (puasa 16 jam, makan dalam jendela 8 jam) atau sebaliknya, 5:2 (makan normal 5 hari, puasa kalori 2 hari), dan berbagai variasi lainnya.
Banyak orang yang sudah merasakan manfaatnya mulai dari penurunan berat badan, kontrol gula darah, hingga peningkatan fokus. Tapi apakah IF benar-benar aman untuk semua orang?
Mengutip Harvard Health Publishing, secara umum intermittent fasting aman dilakukan oleh orang dewasa yang sehat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa IF dapat meningkatkan sensitivitas insulin, membantu pembakaran lemak, dan memperbaiki kadar kolesterol dalam.
Selain itu, tubuh juga diberi waktu untuk beristirahat dari proses metabolisme yang terus-menerus bekerja saat kita sering makan dalam sehari.
Namun, IF tidak bisa disamaratakan untuk semua orang. Bagi sebagian individu, puasa berkepanjangan bisa menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, kelelahan, gangguan pencernaan, dan gangguan suasana hati.
Efek ini biasanya muncul di awal masa adaptasi, tetapi bisa menjadi masalah jika tubuh terus-menerus merasa tertekan oleh pola makan yang ketat.
Yang perlu menjadi perhatian utama adalah kelompok tertentu yang sebaiknya tidak melakukan IF tanpa pengawasan medis. Misalnya, orang dengan riwayat gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, penderita diabetes tipe 1, wanita hamil atau menyusui, serta orsng dengan masalah tekanan darah rendah.
Pada kelompok ini, IF bisa menyebabkan kondisi tubuh memburuk karena kebutuhan nutrisi mereka tidak bisa terpenuhi dengan baik dalam waktu makan yang terbatas.
Untuk perempuan, IF juga bisa memberikan respons hormonal yang berbeda.
Sebuah studi dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (2016) menyebutkan bahwa IF yang terlalu ekstrem dapat memengaruhi siklus menstruasi atau bahkan menyebabkan ketidakseimbangan hormon jika tidak disesuaikan dengan kondisi tubuh perempuan.
Karena itu, penting bagi perempuan untuk mendengarkan sinyal tubuh saat mencoba pola makan ini, dan mempertimbangkan pendekatan yang lebih fleksibel.
Namun perlu diperhatikan, jika selama jendela makan seseorang tetap mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan minim nutrisi, maka manfaat IF akan sangat minim. Prinsip dasarnya tetap pada keseimbangan: makan makanan bergizi, tidur cukup, dan mengelola stres. (*)

Redaksi Mitrapost.com