Mitrapost.com – Di tengah persaingan kerja yang semakin ketat, banyak orang mulai bertanya-tanya: apa sih yang membedakan antara orang yang berkembang pesat dalam karier dengan mereka yang merasa stagnan?
Salah satu jawabannya terletak pada pola pikir yang mereka miliki. Dalam ranah psikologi positif, konsep growth mindset menjadi sorotan karena diyakini memiliki peran penting dalam mendorong kesuksesan jangka panjang.
Istilah growth mindset pertama kali diperkenalkan oleh Carol S. Dweck, seorang profesor psikologi dari Stanford University. Menurutnya, individu dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui usaha, strategi, dan pembelajaran dari kegagalan.
Berbeda dengan fixed mindset yang menganggap bakat sebagai sesuatu yang statis dan tak bisa diubah, growth mindset mendorong seseorang untuk terus bertumbuh, bahkan dari kesalahan.
Dalam konteks dunia kerja, memiliki growth mindset berarti tidak takut menghadapi tantangan baru. Karyawan dengan pola pikir ini cenderung lebih terbuka terhadap feedback, berani mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan, dan tak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan.
Mereka melihat kegagalan bukan sebagai akhir, tapi sebagai bagian dari proses belajar.
Psikologi positif, cabang ilmu yang menekankan kekuatan, kebahagiaan, dan potensi manusia, turut memperkuat pentingnya growth mindset.
Martin Seligman, tokoh utama dalam psikologi positif menyebut bahwa salah satu kunci kebahagiaan dan keberhasilan adalah resilience yang berarti kemampuan untuk bangkit dari kegagalan. Resilience tumbuh subur ketika seseorang memiliki growth mindset.
Penting juga untuk dicatat bahwa growth mindset bukan berarti harus selalu optimis tanpa alasan. Justru, orang dengan mindset ini cenderung lebih realistis. Mereka tahu bahwa tidak semua hal akan berjalan mulus, tapi percaya bahwa mereka bisa belajar dari setiap proses.
Lalu, bagaimana caranya menumbuhkan growth mindset? Salah satu langkah awal adalah dengan mengubah cara kita memandang kegagalan. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, coba evaluasi: “Apa yang bisa aku pelajari dari situ?”
Selain itu, biasakan untuk memberikan dan menerima kritik secara konstruktif, serta tetapkan tujuan jangka pendek yang realistis tapi menantang. Lingkungan kerja yang suportif dan terbuka terhadap eksperimen berperan besar dalam menumbuhkan pola pikir ini. (*)

Redaksi Mitrapost.com