Mitrapost.com – Penghapusan pewarna makanan bagi industri makanan di Amerika Serikat (AS) direncanakan oleh sekretaris Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Robert F. Kennedy, Jr., dalam dua tahun ke depan.
Hal ini dikarenakan hampir tidak adanya bukti klinis yang menghubungkan pewarna makanan dengan risiko kesehatan pada manusia.
Dalam Psychology Today, seorang Profesor Psikologi, Neurosains, Virologi Molekuler, Imunologi dan Genetika Medis di Ohio State University dan Medical Center, Gary L. Wenk mempertimbangkan beberapa jenis makanan yang sering digunakan oleh industri makanan AS, di antaranya FD&C Blue Nomor 1 hingga Nomor 5.
FD&C Blue No.1 atau yang dikenal sebagai Brilliant Blue FCF umumnya digunakan dalam es loli, minuman ringan, Jell-O, lapisan gula dalam kue, dan hingga kacang polong kalengan. Zat pewarna makanan ini sangat sulit diserap dari saluran pencernaan dan berakhir dibuang melalui feses.
Zat ini dianggap tidak beracun dan aman dikonsumsi, namun dengan ukuran molekulnya yang sangat besar membuatnya tidak dapat melewati sawar darah-otak.
Dengan ukuran yang sama, zat pewarna makanan FD&C Green No. 3 juga sulit diserap oleh usus. Penggunaannya sebagai pewarna makanan sudah dilarang di Uni Eropa dan beberapa negara lain.
World Health Organization (WHO) menyimpulkan bahwa pewarna ini memiliki toksisitas rendah dan tidak bersifat karsinogenik.
Lebih lanjut, FD&C Red No. 3 dikenal sebagai eritrosin yang mengandung yodium yang pada Januari 2025, Pemerintahan Biden memberlakukan pelarangan peredarannya bagi semua jenis makanan dan obat-obatan.
Keputusan ini didasarkan pada sebuah studi yang melibatkan tikus jantan yang mengembangkan tumor tiroid setelah terpapar zat tersebut dalam kadar tinggi.
Studi pada tikus menggunakan dosis sangat tinggi (setara dosis oral tunggal 2000 mg) yang mampu mengurangi aktivitas motorik dan mengubah aktivitas serotonergik serta dopaminergik di beberapa area otak.
Sebaliknya, dosis yang lebih rendah dalam studi yang sama tidak berpengaruh pada aktivitas motorik maupun kimia otak.
Dalam studi lain yang hanya melibatkan enam tikus betina muda per kelompok, dosis eritrosin secara dependen mengganggu histopatologi normal otak dan menekan aktivitas enzim antioksidan dan asetilkolinesterase. Eritrosin dapat melewati sawar darah-otak.
FD&C Yellow No. 5 dikenal sebagai tartrazin, merupakan pewarna makanan yang umum digunakan di seluruh dunia, dalam produk-produk seperti mentega, keju, dan es krim.
Tarrazin disebut berbahaya pada dosis yang sangat tinggi sedangkan jumlahnya dalam makanan dikontrol secara ketat. Tarrazin dapat melewati sawar darah-otak. Sebuah studi pada hewan pengerat menemukan bahwa tartrazin dosis rendah tidak menimbulkan efek samping pada fungsi pembelajaran dan memori.
Pewarna makanan seperti semua bahan kimia dalam makanan kita memiliki tingkat keracunan yang ditentukan dari dosisnya. Hewan yang diberi dosis besar menunjukkan toksisitas; sebaliknya, hewan yang diberi dosis rendah yang menyerupai dosis yang dikonsumsi manusia tidak menunjukkan toksisitas. (*)

Redaksi Mitrapost.com