Mitrapost.com – Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi tonggak sejarah yang menandai lahirnya sebuah negara baru di kancah dunia.
Pembacaan naskah proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56, Jakarta, tidak hanya menggema di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian masyarakat internasional.
Menurut sejarawan Anhar Gonggong, proklamasi ini merupakan puncak dari perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk meraih kedaulatan yang dipercepat oleh kekosongan kekuasaan pasca-penyerahan Jepang kepada Sekutu.
Namun, reaksi dunia internasional terhadap proklamasi tidak seragam. Negara-negara yang tergabung dalam Sekutu pada awalnya masih memandang Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda.
Hal ini sejalan dengan pandangan sejarawan Hering yang menyebutkan bahwa kebijakan negara-negara Barat pada periode tersebut lebih condong mempertahankan status quo kolonial demi kepentingan ekonominya.
Belanda melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA), berusaha mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan bantuan Sekutu.
Di sisi lain, dukungan moral datang dari beberapa negara Asia dan Timur Tengah yang sedang atau baru saja berjuang untuk kemerdekaan.
Mesir, misalnya, menjadi negara pertama yang secara de facto mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1947. Pengakuan ini menjadi langkah strategis yang mendorong legitimasi diplomasi Indonesia dalam kancah internasional.
Selain itu, India di bawah Jawaharlal Nehru juga memberikan dukungan diplomatik melalui Konferensi Asia di New Delhi pada 1947 yang membahas situasi Indonesia dan menekan Belanda untuk menghentikan agresi militer.
Gelombang dukungan internasional semakin menguat setelah Indonesia membawa masalah ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir 1947. Forum PBB menjadi ajang penting bagi Indonesia untuk memaparkan klaim kemerdekaannya dan membangun jejaring diplomasi.
Tekanan global terhadap Belanda akhirnya memaksa diadakannya perundingan-perundingan seperti Linggarjati dan Renville, yang membuka jalan menuju pengakuan kedaulatan penuh pada Konferensi Meja Bundar 1949.
Dengan demikian, proklamasi tidak hanya menjadi peristiwa domestik, tetapi juga memicu dinamika politik global. Reaksi dunia internasional, baik yang mendukung maupun menolak turut membentuk arah perjuangan diplomasi Indonesia hingga pengakuan kemerdekaan secara penuh dapat diraih. (*)

Redaksi Mitrapost.com