Mitrapost.com – Sebelum Instagram hadir dengan foto estetik dan fitur story-nya yang kini jadi bagian dari keseharian banyak orang, media sosial (medsos) sudah melalui perjalanan panjang dengan bentuk yang sangat berbeda.
Perkembangan ini berawal dari keinginan manusia untuk berkomunikasi dan membangun komunitas secara daring, jauh sebelum istilah medsos populer seperti sekarang.
Mengutip dari Small Business Trends, jejak awal media sosial bisa ditelusuri ke tahun 1970–1980-an dengan munculnya Bulletin Board System (BBS). Melalui sistem ini, orang bisa mengunggah pesan, berbagi file, hingga berdiskusi di forum online sederhana menggunakan komputer yang terhubung ke jaringan telepon.
Walaupun sangat terbatas, BBS menjadi cikal bakal interaksi sosial di dunia digital.
Memasuki era 1990-an, mulai lahir platform yang lebih interaktif, salah satunya Six Degrees (1997) yang dianggap sebagai media sosial modern pertama. Pengguna bisa membuat profil pribadi, menambahkan teman, dan membangun jaringan.
Sayangnya, platform ini tidak bertahan lama karena keterbatasan teknologi dan jumlah pengguna internet yang masih minim.
Awal 2000-an menjadi masa berkembangnya media sosial dalam arti sebenarnya. Friendster (2002) sempat sangat populer terutama di Asia, karena memungkinkan orang berbagi profil, foto, dan terhubung dengan teman.
Kemudian muncul MySpace (2003) yang memberi keleluasaan bagi pengguna untuk mengubah tampilan profil dengan musik dan desain sendiri. Tidak lama kemudian, Facebook (2004) hadir dan mengubah arah media sosial dengan fokus pada koneksi nyata antarindividu, bukan sekadar tampilan profil.
Setelahnya, Twitter (2006) juga memperkenalkan gaya baru komunikasi melalui pesan singkat 140 karakter yang kemudian memicu budaya microblogging. Di Indonesia sendiri, sebelum Instagram populer, orang lebih banyak menggunakan Friendster, Facebook, dan Twitter sebagai media untuk bersosialisasi di dunia maya.
Ketika Instagram dirilis pada tahun 2010, ia datang bukan untuk menggantikan yang lama, melainkan menawarkan cara baru seperti berbagi momen melalui visual dengan cepat, sederhana, dan mudah diakses.
Dari sinilah media sosial memasuki babak baru, di mana gambar dan estetika menjadi pusat perhatian. (*)

Redaksi Mitrapost.com