Penyebab Munculnya Impulse Buying

Mitrapost.com – Pernahkah kamu checkout suatu barang melalui marketplace hanya dengan alasan menyukai bentuk bukan fungsinya karena sebenarnya tidak dibutuhkan? Perilaku ini bisa disebut juga dengan impulse buying.

Fenomena impulse buying menjadi hal yang wajar karena otak manusia memiliki cara kerja unik atas sesuatu yang menarik ketika tertangkap oleh mata.

Menurut survei Jakpat, lebih dari 65% konsumen Indonesia pernah melakukan impulse buying alias belanja spontan tanpa perencanaan. Alasannya beragam, mulai dari sekadar penasaran, tergiur diskon, hingga sekadar ingin menghilangkan stres.

Salah satu penyebab utamanya ada pada hormon dopamin atau yang sering disebut hormon bahagia. Ketika membeli sesuatu yang terlihat baru atau sedang tren, hormon dopamin langsung meningkat.

Efeknya, seseorang merasa senang meski barang yang dibeli sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal inilah yang menjadi penyebab perilaku belanja menjadi sebuah pelarian dari rasa bosan, lelah atau bahkan hingga sedih.

Selain itu, faktor lingkungan juga berperan besar. Iklan dengan tagline seperti “Flash Sale tinggal 1 menit lagi!” atau notifikasi free ongkir membuat orang merasa harus cepat mengambil keputusan.

Bahkan, data dalam Google Indonesia menyebutkan rata-rata konsumen lokal membuka aplikasi e-commerce lima kali sehari dan notifikasi promo menjadi pemicu terbesar untuk belanja secara spontan.

Belanja juga sering dikaitkan dengan sebuah pencapaian. Ketika berhasil membeli barang yang diincar, seseorang akan merasa memiliki kepuasannya tersendiri, meski pada akhirnya barang tersebut jarang dipakai.

Fenomena ini dikenal sebagai retail therapy, alias belanja untuk memperbaiki mood. (*)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mitrapost.com  di Google News. silahkan Klik Tautan dan jangan lupa tekan tombol "Mengikuti"

Jangan lupa kunjungi media sosial kami

Video Viral

Kamarkos
Pojoke Pati