Mitrapost.com – Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) melampaui proses perjuangan para Pahlawan Indonesia, termasuk Presiden RI pertama, Ir. Soekarno.
Pelaksanaan proklamasi 17 Agustus 1945 dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat, atau kediaman Ir. Soekarno.
Rangkaian acara meliputi pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Setelahnya dilakukan pengibaran Bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh istri dari Soekarno, Fatmawati.
Melansir dari Bendera Indonesia, terdapat tiga sosok dibalik pengibaran bendera merah putih pertama saaat Proklamasi Kemerdekaan RI, di antaranya:
Abdul Latief Hendraningrat
Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat merupakan seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang yang berpangkat Sudanco atau Komandan Kompi.
Ketika pengerekan bendera dirinya bahkan memakai seragam tentara Jepang.
Sebelum masuk PETA, pria kelahiran 15 Februari 1911 ini sudah aktif di Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo) yang juga merupakan hasil dari bentukan Jepang.
Suhud Sastro Kusumo
Salah satu pendamping Abdul Latief Hendraningrat yang ikut mengibarkan Bendera Merah Putih adalah Suhud Sastro Kusumo, anggota Barisan Pelopor yang merupakan sebuah organisasi bentukan Jepang pada Agustus 1944.
Sebelumnya, Suhud sudah lebih dulu ditugaskan untuk menjaga keluarga Ir Soekarno saat peristiwa Rengasdengklok pada 14 Agustus 1945, dan menjelang upacara Proklamasi Kemerdekaan RI ditugaskan kembali untuk mencari bambu sebagai tiang bendera.
SK Trimurti
Saat momen Upacara Proklamasi Kemerdekaan RI, seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi Bendera Merah Putih, bernama Surastri Karma Trimurti atau yang sering disebut SK Trimurti.
Diketahui ia merupakan seorang jurnalis, aktivis serta pejuang perempuan militan yang pernah dipenjara oleh pihak Belanda di Semarang pada tahun 1936 karena menyebarkan pamflet antipenjajah.
20 tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1956,ia kembali menampakkan perjuangannya dengan memimpin Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) yang menjadi cikal bakal Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Setelah itu, dirinya bahkan pernah diutus Dewan Perancang Nasional (sekarang Bappenas) ke Yugoslavia untuk mempelajari manajemen pekerja. (*)

Redaksi Mitrapost.com